Sabtu, 19 Desember 2015

RUKUN ISLAM

7. RUKUN ISLAM

TUJUAN
Peserta memahami makna dan hakikat rukun Islam
Peserta mengetahui tuntutan rukun Islam di dalam kehidupan seorang muslim
GAMES
A. Judul          : Games Lima Garis
B. Skema/gambar :

C. Media          : Papan tulis dan kapur
D. Bahan          : Materi Rukun Islam
E. Langkah-langkah   :
1.  Bentuk kelompok atau perorangan
2.  Mentor membuat lima garis di papan tulis
3.  Mintalah pendapat masing-masing kelompok tentang persepsi dari gambar tersebut
4.  Biasanya didapatkan pendapat yang berbeda-beda (misal : barisan, tingkatan,
lidi,dsb), buatlah kesepakatan bahwa gambar tersebut adalah rukun Islam
5.  Mintalah komentar lagi, apa itu rukun Islam ?
F. Kesimpulan :
1.  Rukun Islam merupakan karakteristik seorang muslim bila dibandingkan dengan
umat lain
2.  Dilaksanakannya rukun Islam merupakan standar keimanan seorang muslim. Kita
bisa membedakan kualitas keimanan seorang muslim dengan melihat dikerjakan
atau tidaknya ibadah tersebut
3.  Diri kita belum sempurna membentuk pribadi Islam secara lengkap, sekalipun kita
telah melaksanakan rukun Islam, itu belum final untuk membangun keislaman
dalam diri kita. Masih perlu ada pemahaman Iman yang benar agar terhindar dari
muslim yang TBC (Takhyul, Bid'ah dan Churafat)
4.  Masih perlu peningkatan akhlakul karimah sehingga keislaman yang dimiliki menjadi
indah dan dapat merasakan lezatnya Iman Islam.
5.  Harus ada proses pembinaan Islam secara kontinu dan berharap untuk
mendapatkan pemahaman Islam yang utuh
RINCIAN BAHASAN
Makna dan Hakikat Rukun Islam
Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu rukun Islam. Ibarat sebuah rumah, rukun
Islam merupakan tiang-tiang penyangga bangunan ke-Islaman seseorang. Bukan hanya
shalat sebagai tiang agama (Ash-Shalatu 'imaduddin) tapi juga zakat, shaum dan haji
adalah tiang-tiang agama. Oleh karena itu semua disebut Arkanul Islam (Tiang-
tiang/penyangga Islam). Di dalamnya tercakup hukum-hukum Islam yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia. "Sesungguhnya Islam itu dibangun atas lima perkara







: bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-
Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa di bulan
Ramadhan" (HR. Bukhari dan Muslim). Bagi siapa saja yang telah mengerjakan rukun
Islam yang lima belum berarti bahwa ia telah total masuk ke dalam Islam. Ia baru
membangun landasan bagi amal-amal yang lain.
Rukun Islam merupakan landasan operasional dari rukun Iman dan bukan
operasionalisasi dari rukun Iman. Belum cukup dikatakan beriman hanya dengan
mengerjakan rukun Islam tanpa ada upaya untuk menegakkannya.
Selain itu rukun Islam merupakan training center / pusat pelatihan bagi orang
mukmin. Sebagaimana halnya training-training pada umumnya, maka keberhasilan
suatu training bukan diukur dari apakah training itu telah selesai diikuti dengan baik atau
tidak. Melainkan dari sejauh mana hasil yang diperoleh dalam training tersebut mampu
menjawab/ menyelesaikan permasalahan konkrit yang dihadapi. Maka dari sinilah dapat
kita pahami perbedaan antara "mengerjakan" dengan "menegakkan" rukun Islam. Yang
pertama (mengerjakan) kita analogikan sebagai training, sedang yang kedua merupakan
aplikasi yang akan menentukan efektivitas training tersebut.
  Syahadah adalah Agreement. Yaitu perjanjian antara seorang muslim dengan Allah
SWT (7:172). Dengan menyatakan Laa ilaaha illallah, seorang muslim telah siap
untuk bertarung melawan hidup, menghadapi cobaan dan melawan segala bentuk
illah di luar Allah. Dengan syahadat seseorang bersedia melaksanakan segala
konsekuensi sebagai seorang muslim, termasuk melaksanakan apa-apa yang
merupakan kewajibannya. Itulah sebabnya mengapa seseorang tidak wajib
mengerjakan shalat, zakat, shaum dan haji, sedang ia bukan seorang muslim,
sedangkan ia belum bersyahadat. Karena sebelumnya shalat, zakat, shaum dan
haji merupakan suatu training center yang telah dipersiapkan Allah sesuai dengan
motivasi, tujuan dan cara hidup seorang muslim. Kelima rukun Islam tersebut
masing-masing merupakan suatu paket training dan masing-masing memiliki
sasaran pencapaiannya sendiri, berbeda antara satu dengan yang lainnya. Masing-
masing saling melengkapi, membentuk kekuatan dan ketinggian seorang muslim
serta kelengkapan bagi Penegakkan Aturan Hidup Islam di atas aturan hidup lain.
  Shalat adalah training yang bertujuan agar setiap muslim mengetahui, memahami,
menguasai dan mengamalkan dalam setiap lintasan hati, pemikiran, ucapan dan
tindakannya bahwa setiap sendi kehidupan ini adalah dalam rangka sujud atau
beribadah kepada Allah (QS.6 : 162). Karena pengertian ibadah dalam Islam
berbeda sekali dengan ibadah dalam agama-agama lain. Ibadah dalam Islam tidak
terbatas pada praktek-praktek ibadah khusus/ritual saja, tapi juga mencakup seluruh
aktivitas hidup manusia. Apabila tujuan hidup kita adalah mengabdi pada Allah,
maka hendaklah kita memandang seluruh fenomena hidup ini sebagai tanggung
jawab moral yang berdimensi banyak. Seluruh tindakan kita, bahkan yang
tampaknya kecil, harus dilakukan sebagai tindakan pengabdian kepada Allah.
  Zakat adalah training yang bertujuan agar setiap muslim mengetahui, memahami
dan mengamalkan bahwa setiap harta dan rezeki statusnya adalah milik Allah dan
setiap muslim berkewajiban untuk menegakkan keadilan sosial. Salah satu kriteria
orang yang bertakwa adalah menginfakkan sebagian rizki yang telah Allah berikan
(QS.2:2-3). Dan setiap muslim hendaknya sadar bahwa mereka hanya diberi









amanah untuk menguasai, tapi kemudian berkewajiban untuk menginfakkannya
(QS.57:7). Allah telah mengatur bahwa di dalam harta-harta kita sesungguhnya
terdapat hak-hak orang lain (QS.70:24-25). Dengan berzakat sesungguhnya
seseorang telah membersihkan hartanya dari sebagian kecil harta yang bukan
menjadi haknya (QS.9:103). Kalau kita mempelajari dengan sungguh-sungguh
sistem zakat ini, niscaya kita akan sampai pada kesimpulan bahwa dia merupakan
konsep dasar tata ekonomi dalam Islam. Penjabaran konsep ini insya Allah
merupakan solusi tata ekonomi dunia di masa yang akan datang.
  Shaum adalah training yang bertujuan untuk membebaskan muslim dari
perbudakan kebiasaan, baik secara jasmani maupun rohani. Perbudakan kebiasaan
terhadap jasmani manusia dapat dilihat dari pola perilaku makannya. Dengan
shaum seorang muslim siap untuk makan kapan saja sesuai dengan yang Allah
rizkikan kepadanya. Betapapun laparnya, seorang muslim tidak akan mencuri.
Dengan training shaum ini seorang muslim dapat ikut merasakan kesulitan orang
kecil yang belum tentu dalam seharinya selalu bertemu dengan nasi. Perbudakan
kebiasaan terhadap ruhani terlihat dari kenyataan bahwa sebagian besar manusia
lebih banyak memperturutkan hawa nafsu / syahwat daripada ketinggian ruhaninya.
Terbukti segala macam bentuk akhlak dan perilaku, baik perkataan maupun
perbuatan yang tidak Islami sebenarnya didasari oleh hawa nafsu. Semata-mata
mengikuti pikiran dan perasaan bukan didasari oleh petunjuk. Orang yang selalu
dibimbing petunjuk, akhlak dan perilakunya tentu mencerminkan ruhani Islam yang
tinggi jauh dari perbuatan keji. Dalam shaum, seseoang dilatih untuk tidak berbuat
bahkan berkata keji karena akan merusak shaumnya (Hadits :"Banyak orang yang
berpuasa, tetapi tidak ada yang ia dapatkan kecuali hanya lapar dan dahaga").
Begitu pula, setelah Ramadhan berlalu apa yang kita latih dalam bulan suci tersebut
seharusnya kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
  Haji adalah training yang bertujuan agar setiap muslim memahami dan
mengamalkan persatuan dan persamaan derajat, baik secara fisik maupun spiritual
dalam hubungan dengan sesama manusia. Kesatuan dan persamaan derajat
secara fisikal yang ingin dicapai oleh training haji dilatihkan pada saat wukuf di
Padang Arofah. Tidak ada perbedaan warna, bahasa, bangsa dan kedudukan sosial
pada waktu itu. Semua sama di hadapan Allah, semua mengharapkan ampunan
dan rahmat-Nya. Mabrur tidaknya haji seseorang diukur dari seberapa jauh
seseorang menegakkan nilai-nilai persatuan dan persamaan derajat yang telah
dikerjakan dalam training haji ke dalam kehidupan sehari-hari.
REFERENSI
Paket BP Nurul Fikri, Rumah Kita II (Al-Islam)
Sa'id Hawa, Al-Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar