7. RUKUN ISLAM
TUJUAN
Peserta memahami makna dan hakikat
rukun Islam
Peserta mengetahui tuntutan rukun
Islam di dalam kehidupan seorang muslim
GAMES
A. Judul : Games Lima Garis
B. Skema/gambar :
C. Media : Papan tulis dan kapur
D. Bahan : Materi Rukun Islam
E. Langkah-langkah :
1.
Bentuk kelompok atau perorangan
2.
Mentor membuat lima garis di papan tulis
3.
Mintalah pendapat masing-masing kelompok tentang persepsi dari gambar
tersebut
4.
Biasanya didapatkan pendapat yang berbeda-beda (misal : barisan,
tingkatan,
lidi,dsb), buatlah kesepakatan
bahwa gambar tersebut adalah rukun Islam
5.
Mintalah komentar lagi, apa itu rukun Islam ?
F. Kesimpulan :
1.
Rukun Islam merupakan karakteristik seorang muslim bila dibandingkan
dengan
umat lain
2.
Dilaksanakannya rukun Islam merupakan standar keimanan seorang muslim.
Kita
bisa membedakan kualitas keimanan
seorang muslim dengan melihat dikerjakan
atau tidaknya ibadah tersebut
3.
Diri kita belum sempurna membentuk pribadi Islam secara lengkap,
sekalipun kita
telah melaksanakan rukun Islam, itu
belum final untuk membangun keislaman
dalam diri kita. Masih perlu ada
pemahaman Iman yang benar agar terhindar dari
muslim yang TBC (Takhyul, Bid'ah
dan Churafat)
4.
Masih perlu peningkatan akhlakul karimah sehingga keislaman yang
dimiliki menjadi
indah dan dapat merasakan lezatnya
Iman Islam.
5.
Harus ada proses pembinaan Islam secara kontinu dan berharap untuk
mendapatkan pemahaman Islam yang
utuh
RINCIAN BAHASAN
Makna dan Hakikat Rukun Islam
Islam dibangun di atas lima dasar,
yaitu rukun Islam. Ibarat sebuah rumah, rukun
Islam merupakan tiang-tiang
penyangga bangunan ke-Islaman seseorang. Bukan hanya
shalat sebagai tiang agama
(Ash-Shalatu 'imaduddin) tapi juga zakat, shaum dan haji
adalah tiang-tiang agama. Oleh
karena itu semua disebut Arkanul Islam (Tiang-
tiang/penyangga Islam). Di dalamnya
tercakup hukum-hukum Islam yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia.
"Sesungguhnya Islam itu dibangun atas lima perkara
: bersaksi
sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-
Nya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa di bulan
Ramadhan" (HR. Bukhari dan Muslim). Bagi
siapa saja yang telah mengerjakan rukun
Islam yang
lima belum berarti bahwa ia telah total masuk ke dalam Islam. Ia baru
membangun
landasan bagi amal-amal yang lain.
Rukun Islam merupakan landasan
operasional dari rukun Iman dan bukan
operasionalisasi
dari rukun Iman. Belum cukup dikatakan beriman hanya dengan
mengerjakan
rukun Islam tanpa ada upaya untuk menegakkannya.
Selain itu rukun Islam merupakan
training center / pusat pelatihan bagi orang
mukmin.
Sebagaimana halnya training-training pada umumnya, maka keberhasilan
suatu training
bukan diukur dari apakah training itu telah selesai diikuti dengan baik atau
tidak.
Melainkan dari sejauh mana hasil yang diperoleh dalam training tersebut mampu
menjawab/
menyelesaikan permasalahan konkrit yang dihadapi. Maka dari sinilah dapat
kita pahami
perbedaan antara "mengerjakan" dengan "menegakkan" rukun
Islam. Yang
pertama
(mengerjakan) kita analogikan sebagai training, sedang yang kedua merupakan
aplikasi yang
akan menentukan efektivitas training tersebut.
♦
Syahadah adalah
Agreement. Yaitu perjanjian antara seorang muslim dengan Allah
SWT (7:172). Dengan menyatakan Laa
ilaaha illallah, seorang muslim telah siap
untuk bertarung melawan hidup,
menghadapi cobaan dan melawan segala bentuk
illah di luar Allah. Dengan
syahadat seseorang bersedia melaksanakan segala
konsekuensi sebagai seorang muslim,
termasuk melaksanakan apa-apa yang
merupakan kewajibannya. Itulah
sebabnya mengapa seseorang tidak wajib
mengerjakan shalat, zakat, shaum
dan haji, sedang ia bukan seorang muslim,
sedangkan ia belum bersyahadat.
Karena sebelumnya shalat, zakat, shaum dan
haji merupakan suatu training
center yang telah dipersiapkan Allah sesuai dengan
motivasi, tujuan dan cara hidup
seorang muslim. Kelima rukun Islam tersebut
masing-masing merupakan suatu paket
training dan masing-masing memiliki
sasaran pencapaiannya sendiri,
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Masing-
masing saling melengkapi, membentuk
kekuatan dan ketinggian seorang muslim
serta kelengkapan bagi Penegakkan
Aturan Hidup Islam di atas aturan hidup lain.
♦
Shalat adalah
training yang bertujuan agar setiap muslim mengetahui, memahami,
menguasai dan mengamalkan dalam
setiap lintasan hati, pemikiran, ucapan dan
tindakannya bahwa setiap sendi
kehidupan ini adalah dalam rangka sujud atau
beribadah kepada Allah (QS.6 :
162). Karena pengertian ibadah dalam Islam
berbeda sekali dengan ibadah dalam
agama-agama lain. Ibadah dalam Islam tidak
terbatas pada praktek-praktek
ibadah khusus/ritual saja, tapi juga mencakup seluruh
aktivitas hidup manusia. Apabila
tujuan hidup kita adalah mengabdi pada Allah,
maka hendaklah kita memandang
seluruh fenomena hidup ini sebagai tanggung
jawab moral yang berdimensi banyak.
Seluruh tindakan kita, bahkan yang
tampaknya kecil, harus dilakukan
sebagai tindakan pengabdian kepada Allah.
♦
Zakat adalah
training yang bertujuan agar setiap muslim mengetahui, memahami
dan mengamalkan bahwa setiap harta
dan rezeki statusnya adalah milik Allah dan
setiap muslim berkewajiban untuk menegakkan
keadilan sosial. Salah satu kriteria
orang yang bertakwa adalah
menginfakkan sebagian rizki yang telah Allah berikan
(QS.2:2-3). Dan setiap muslim
hendaknya sadar bahwa mereka hanya diberi









amanah untuk menguasai, tapi
kemudian berkewajiban untuk menginfakkannya
(QS.57:7). Allah telah mengatur
bahwa di dalam harta-harta kita sesungguhnya
terdapat hak-hak orang lain
(QS.70:24-25). Dengan berzakat sesungguhnya
seseorang telah membersihkan
hartanya dari sebagian kecil harta yang bukan
menjadi haknya (QS.9:103). Kalau
kita mempelajari dengan sungguh-sungguh
sistem zakat ini, niscaya kita akan
sampai pada kesimpulan bahwa dia merupakan
konsep dasar tata ekonomi dalam
Islam. Penjabaran konsep ini insya Allah
merupakan solusi tata ekonomi dunia
di masa yang akan datang.
♦ Shaum adalah training yang bertujuan
untuk membebaskan muslim dari
perbudakan kebiasaan, baik secara
jasmani maupun rohani. Perbudakan kebiasaan
terhadap jasmani manusia dapat
dilihat dari pola perilaku makannya. Dengan
shaum seorang muslim siap untuk
makan kapan saja sesuai dengan yang Allah
rizkikan kepadanya. Betapapun
laparnya, seorang muslim tidak akan mencuri.
Dengan training shaum ini seorang
muslim dapat ikut merasakan kesulitan orang
kecil yang belum tentu dalam
seharinya selalu bertemu dengan nasi. Perbudakan
kebiasaan terhadap ruhani terlihat
dari kenyataan bahwa sebagian besar manusia
lebih banyak memperturutkan hawa
nafsu / syahwat daripada ketinggian ruhaninya.
Terbukti segala macam bentuk akhlak
dan perilaku, baik perkataan maupun
perbuatan yang tidak Islami
sebenarnya didasari oleh hawa nafsu. Semata-mata
mengikuti pikiran dan perasaan
bukan didasari oleh petunjuk. Orang yang selalu
dibimbing petunjuk, akhlak dan
perilakunya tentu mencerminkan ruhani Islam yang
tinggi jauh dari perbuatan keji.
Dalam shaum, seseoang dilatih untuk tidak berbuat
bahkan berkata keji karena akan
merusak shaumnya (Hadits :"Banyak orang yang
berpuasa, tetapi tidak ada yang ia
dapatkan kecuali hanya lapar dan dahaga").
Begitu pula, setelah Ramadhan
berlalu apa yang kita latih dalam bulan suci tersebut
seharusnya kita aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
♦ Haji adalah training yang bertujuan
agar setiap muslim memahami dan
mengamalkan persatuan dan persamaan
derajat, baik secara fisik maupun spiritual
dalam hubungan dengan sesama
manusia. Kesatuan dan persamaan derajat
secara fisikal yang ingin dicapai
oleh training haji dilatihkan pada saat wukuf di
Padang Arofah. Tidak ada perbedaan
warna, bahasa, bangsa dan kedudukan sosial
pada waktu itu. Semua sama di
hadapan Allah, semua mengharapkan ampunan
dan rahmat-Nya. Mabrur tidaknya
haji seseorang diukur dari seberapa jauh
seseorang menegakkan nilai-nilai
persatuan dan persamaan derajat yang telah
dikerjakan dalam training haji ke
dalam kehidupan sehari-hari.
REFERENSI
Paket BP Nurul Fikri, Rumah Kita
II (Al-Islam)
Sa'id Hawa, Al-Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar