Proses
pembelahan menghasilkan sel anakan yang sama besarnya, proses tersebut
dinamankan pembelahan biner. Pembelahan biner adalah proses yang melibatkan
pembelahan kromosom secara mitosis sehingga menghasilkan dua sel anakan yang
memiliki jumlah kromosom yang sama dengan kromosom induk. Apabila sel anakan
yang diperoleh tidak sama besar, proses pembelahan dapat dinamakan pembagian
atau fragmentasi. Proses fragmentasi akan memberikan hassil pembagian (individu
baru) yang tidak mempunyai strutur tertentu. Contoh, pembelahan yang terjadi
pada hydra dan poliseta. Aurelia melakukan fragmentasi dengan cara membentuk
medusa.
Gemasi
atau budding atau bertunas merupakan proses pembetukan individu baru yang
biasanya dimaksudkan untuk menambah koloni. Gemasi sulit dibedakan dari
fragmentasi. Dalam hal ini. tunas yang berbentuk berukuran lebih kecil daripada
induknya, terletak di samping (lateral), dan dibentuk dari sekelompok sel
embrional. Pembentukkan tunas samping tubuh hydra akan terjadi jika pasokan
atau ketersediaan makanan di lingkungannnya dalam keadaan baik.
Reproduksi
seksual dicirikan dengan bersatunya gamet jantan dan betina melalui proses
fertilisasi atau singami. Akan tetapi, kadang-kadang pertemuan gamte tersebut
tidak terjadi. Hal ini tampak pada peristiwa parthenogenesis. Dalam peristiwa
parthenogenesis, individu baru terbentuk dari telur atau sperma tanpa peran
serta sel benih dari lawan jen isnya. Meskipun demikian, hewan partenogenetik
hanya dapat berkembang dari telur. Parthenogenesis pada hewan dapat diamati
pada insekta tertentu, conttohnya lebah madu dan beberapa jenis tawon lainnya.
Telur lebah madu yang dibuahi bakan berkembang menjadi jantan haploid.
Dalam
peristiwa lainnya, sperma mengaktivasi ovum untuk membelah, tetapi tidak ikut
menyumbangkan materi genetic. Peristiwa ini disebut ginogenesis. Dalam
ginogenesis, embrio hanya membawa kromosom induk betina. Kebalikan dari
peristiwa ginogenesis dalah androgenesis.
Individu
parthenogenesis, ginogenesis, dan androgenesis menunjukkan kesamaan dalam hal
materi genetic yang dibawanya, yaitu materi genetic dari salah satu induk saja.
Kadang-kadang, gamet jantan dan betina dikeluarkan oleh individu yang sama.
Individu yang mengalami hal itu disebut hewan hermaprodit.
Dari
uraian di atas, dapat dipahami adanya reproduksi pada tingkat individu, yang
dapat terjadi melalui proses menetas atau lahir. Proses reproduksi juga dapat
terjadi pada tingkat sel, seperti pembelahan biner yang terjadi pada protozoa,
yang mengalami pembelahan sel secara mitosis. Namun masih dapat diamati
reproduksi pada tingkat yang lebih khusus lagi yaitu di tingklat molekuler.
Contoh peristiwa reproduksi yang terjadi pada tingkat molekuler misalnya proses
membuat salinan DNA, yang mengawali proses pembelahan mitosis. Jadi, pembelahan
di tingkat molekul merupakan bentuk proses reproduksi yang paling awal.
Proses
menyalin DNA sebenarnya merupakan proses reproduksi berbagai faktor yang akan
diwariskan kepada keturunannya. Molekul DNA merupakan rantai ganda berdiameter
kira-kira 2 mm. hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa DNA dapat membuat
saliana dirinya. Mekanisme membuat salinan DNA ini merupakan proses reproduksi
pada tingkat molekuler.
Susunan
Fungsional Organ Reproduksi Pada Hewan
Pada hewan
primitive jaringan yang menghasilkan sel gamet tersusun menyebar. Jaringan ini
terdiri atas sejumlah lokus yang berfungsi untuk perbanyakkan sel kelamin. Pada
hewan yang perkwmbangannya sudah lebih maju, bentuk dan lokasi gonad sudah
lebih jelas (terlokalisir secara lebih baik) terletak simetris bilateral dan
biasanya merupakan organ berpasangan.
Kadang-kadang,
salah satu gonad mengalami degenarsi, seperti yang ditemui pada burung betina.
Pada hewan ini, ovarium yang berkembang hanya bagian kiri, sedangkan burung
jantan tetap memiliki sepasang testis.
Ovarium
dan testis (tepatnya tubulus seminiferus) merupakan organ penghasil gamet yang
terbetuk melalui gametogenesis. Gamet dihasilkan dari sel khusus, yaitu sel
benih primordial, yang terdapat dalam gonad (ovarium atau testis). Gamet ini
selanjutnya kan berkembang menjadi sel benih.
Spermatogenesis
dan Oogenesis
Spermatogenesis
adalah proses pembentukkan sperma (gamet jantan) yang terjadi dalam testis
tepatnya pada tubulus seminirfus. Testis mamalia tersusun atas ratusan tubulus
seminirfus, yang merupakan bagian terpenting dalam proses pembentukkan sperma.
Pada bagian yang terdekat dengan dinding tubulus seminirfus terdapat
spermatogonia, yang merupakan sel diploid pembentuk sperma yang belum
terdiferensiasi.
Selama
proses spermatogenesis, spermatogonia akan berkembang biak dengan cara
membelah, menghasilakn spermatosit primer, spermatosit sekunder, dan akhirnya
spermatid. Spermatid akan mengalami proses diferensiasi dan pemasakan
(maturasi) sehingga akhirnya terbentuk sperma atau spermatozoon haploid
(memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom spermatogonia).
Diferensiasi spermatid menjadi spermatozoon berlnagsung di dekat lumen tubulus,
yaitu dalam sel sertoli. Jika telah masak, spermatozoon akan dilepakan ke lumen
tubulus seminiferus.
Bentuk sel
sperma pada berbagai hewan bervariasi, tetapi pada prinsipnya dapat dibedakan
menjadi bagian kepala, bagian tengah, dan ekor. Pada kepala sperma bagian
paling depan terdapat akrosoma, yang mengandung enzim untuk melisiskan bungkus
telur (pada sperma manusia enzim
tersebut dinamakan hialuronidase). Di pusat kepala sperma terdapat inti sperma,
yang menyimpan sejumlah kode/informasi genetic yang akan diwariskan kepada
keturunannya. Di belakang kepala sperma terdapat bagian tengah sperma (sering
disebut leher) yang banyak menyimpan mitokondria. Mitokondria sangat penting
dalam pembentukkan ATP, yang merupakan sumber energy bagi sperma. Sementara,
bagian ekor sangat diperlukan untuk membantu pergerakan sperma.
Proses
pembentukkan sperma (spermatogenesis) dikendalikan oleh hormon. Informasi
tentang proses pengendalian spermatogenesis oleh hormone banyak diperoleh dari
hasil studi pada mamalia. Diferensiasi spermatid menjadi spermatozoon
(spermiogenesis) berlangsung di dalam sel sertoli. Sel sertoli merupakan sel
berukuran besar yang berperan sangat penting antara lain dalam menyediakan
makanan bagi calon sperma yang sedang berkembang dan menyingkirkan sel sperma
yang mati. Oleh karena itu, sel ini juga sering disebut sebagai sel perawat
atau nurse cells. Kerja sel sertoli dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating
Hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari bagian depan.
Pengeluaran
FSH dirangsang oleh GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), yaitu hormone
pelepas gonadotropin dari hipitalamus. Gonadotropin pada manusia meliputi FSH
dan LH. Pada mulanya, FSH merangsang sel
spermatogonia untuk membelah secara mitosis beberapa kali, dan diakhiri dengan
pembelahan meiosis sehingga dihassilkan spermatid yang bersifat haploid.
Diduga, FSH juga merangsang sel Sertoli untuk melepaskan zat tertentu yang
dapat merangsang dimulainya spermiogenesis (diferensiasi spermatid menjadi
sperma).
Selain
oleh FSH, sel sertoli juga dirangasang oleh testosterone atau androgen (hormone
yang dikeluarkan oleh sel Leydig). Testosteron merupakan hormon yang juga
penting untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi serta
cirri seks sekunder pada hewan jantan. Pelepasan testosterone dikendalikan oleh
hormon pituitari anterior yang lain, yaitu LH (Luteinizing Hormone), yang
pengeluarannya juga dikendalikan oleh GnRH.
Spertmatogenesis
yang terjadi pada vertebrata yang lebih rendah pada dasarnya sama dengan proses
yang terjadi pada manusia. Namun, di antara kelas vertebrata terdapat perbedaan
struktur testis. Testis mamalia, burung, reptile, dan amfibi anura
memperlihatkan komponen tubulus seminiferus berbentuk tubular (saluran/pipa),
yang berselang-seling dengan sekumpulan sel interstitial. Sementara, testis
amfibi urodela dan ikan tersusun atas lobus atau lobules yang masing-masing
mengandung sejumlah besar kista seluler.
Kista
adalah organ berongga yang berisi cairan. Setiap kista berasal dari jaringan
spermatogonia. Semua sel dalam suatu kista dan semua kista dalam suatu lobula
biasanya memiliki tingkat perkembangan spermatogenesis yang sama. Di dalam
setiap kista juga terdapat sel sertoli. Lobula yang terletak paling belakang
kemungkinan besar mengandung spermatozoa yang sudah lebih siap untuk membuahi
daripada lobula yang terletak pada bagian depannya.
Oogenesis
adalah proses pembentukkan gamet betina (ovum) yang terjadi dalam ovarium.
Proses ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium menjadi oosit (calon ovum)
yang akan mengalami pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap dibuahi. Selama
perkembangan oosit, vitelogenesis. Vitelus yang disintesis akan ditimbun di
ooplasma sebagai cadangan makanan bagi embrio yang akan berkembang kelak.
Adanya timbuna vitelus dalam ovum (pada
ooplasma) menyebabkan oosit bertambah besar.
Pada akhir
oogenesis, oosit mengalami pembelahan meiosis atau sering disebut pembelahan
pemasakan, yang akan menghasilkan ovum haploid, yaitu ovum yang memiliki
kromosom setengah dari jumlah kromosom sel induk (n kromosom). Akan tetapi,
proses meiosis tersebut pada umumnya tidak berlangsung hingga tuntas dan
berhenti pada meiosis tahap pertama. Oleh karena itu, pada saat diovulasikan,
ovum (oosit) masih mengandung dua perangkat kromosom dan belum bersifat
haploid.
Proses
penyeleaian pembelahan meiosis pada ovum akan terjadi jika ada rangsang berupa
pemasukan sperma ke ovum. Jadi, meiosis tahap dua baru terselesaikan pada saat
sperma masuk ked al;am ovum, tepatnya ketika inti sperma baru sampai di
sitoplasma, sebelum terjadi pertemuan antara inti sperma dan inti ovum. Pada
saat inti sperma bertemu dengan inti ovum, pembelahan meiosis tahap dua sudah
berlangsung, sehingga ovum benar-benar telah menjadi ovum haploid dan telah
siap dibuahi. Pada vertebrata rendah, misalnya ikan, pertumbuhan oosit,
vitelogenesis, dan ovulasi juga dipacu oleh hormone gonadotropin.
Proses
pemasakan telur (ovum) yang terjadi pada mamalia telah dipahami dengan lebih
baik daripada pemasakan telur yang terjadi pada hewan lain. Proses pemasakna
telur pada hakikatnya merupakan peristiwa yang membentuk siklus. Siklus pemasakan
telur pada kebanyakan mamalia disebut siklus estrus, sedangkan siklus pada
primate disebut siklus menstrual. Kedua siklus tersebut memperlihatkan adanya
perbedaan.
Pada hewan
yang mengalami siklus estrus, selama satu siklus hewan betina siap menerima hewan
jantan untuk kawin hanya dalam waktu yang singkat yaitu pada masa ovulasi.
Selain itu, dinding saluran reproduksi pada akhir siklus tidak mengalami
disintegrasi dan tidak luruh sehingga tidak ada pendarahan. Siklus estrus
terdiri atas empat tahap/fase yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan
melestrus. Tahapan/ fase estrus yang dialami hewan dapat dikenali dari gambaran
sel yang diperoleh melalui hasil apus vagina.
Pada hewan
yang mengalami siklus menstrual, setiap saat di sepanjang siklus hewan betina
siap menerima hewan jantan untuk kawin, sekalipun ovum baru dilepaskan
kira-kira pada pertengahan siklus. Dalam tubuh hewan betina, ovum mampu
bertahan hidup dalam keadaan baik dan siap dibuahi hingga 72-96 jam setelah
ovulasi. Pada hewan ini, selama siklus menstrual dapat ditemukan berbagai
perubahan di dalam tubuh dan organ reproduksinya. Perubahan yang dimaksud
meliputi perubahan keadaan ovarium, rahim (ketebalan endometrium), dan tingkat
hormone reproduktif di dalam darah.
Siklus
menstruasi dan siklus estrus merupakan proses yang dikendalikan oleh berbagai
hormone, baik hormone dari hipotlamus-hipofisis maupun dari ovarium.
Pengendalian hormone terhadap oogenesis dan siklus menstrual pada mamalia.
Tampak bahwa awal siklus ditandai dengan adanya menstruasi. Selanjutnya,
terjadi perkembangan folikel yang diawli oleh hormon FSH dari kelenjar pitutari
bagian depan. Folikel yang sedang berkembang akan mengeluarkan esterogen, yaitu
hormone yang merangsang endometrium untuk menebal. Hormone ini juga berperan
untuk merangsang perkembangan cirri seks sekunder wanita, sekaligus menekan
pengeluaran FSH dan merangsang pengeluaran LH dari pituitary bagian depan. LH
adalah hormone yang bertanggung jawab terhadap pemasakan folikel agar dapat
berembang secara sempurna. Apabila folikel telah masak, ovum akan keluar dari
ovarium dan membiarkan sisa folikel tetap tertinggal di dalam ovarium. Proses
keluarnya ovum dari ovarium dinamakan ovulasi.
Di bawah
pengaruh LH sisa folikel di ovarium diubah menjadi badan kunig atau korpus
luteum, yang selama beberapa hari akan menghasilkan progesterone. Progesterone
yaitu hormone yang berfungsi untuk mempertahankan ketebalan endometrium dan
perkembangan kelenjar air susu. Apabila fertilisasi tidak terjadi dan
pengeluaran progesterone dari korpus liteum mulai berkurang maka kadar
progesterone dalam darah akan menurun. Hal ini mengakibatkan endometrium
meluruh dan menstruasi pun terjadi lagi.
Proses reproduksi
pada semua hewan dikendalikan oleh hormone. Akan tetapi, pengendalian
reproduksi yang terjadi pada setiap kelas hewan tidak selalu sama. Pada ikan
reproduksi bukan hanya dipengaruhi oleh hormone, tetapi juga oleh factor
lingkungan luar sepreti foto periodic, kondisi air, makanan dan rangsang
social. Rangsang luar tersebut diterima oleh ikan melalui reseptor, kemudian
diteruskan ke pusat neuroendokrin dan akhirnya akan memengaruhi perubahan dalam
gonad (organ reproduksi).
Pembuahan,
Kebuntingan, dan Kelahiran
Proses
gametogenesis akan menghasilkan ovum dan sperma. Untuk dapat menghasilkan
individu baru, ovum harus dibuahi oleh sperma (kecuali pada peristiwa
parthenogenesis), yang biasanya terjadi melalui proses pembuahan atau
fertilisasi. Pembuahan yaitu penyatuan antara sel gamet (sel kelamin) jantan
dan betina. Proses tersebut akan menghasilkan zigot.
Pembuahan
dapat terjadi di luar tubuh (disebut fertlisasi ekstrenal) atau di dalam tubuh
induk betina (disebut fertilsasi internal). Berkaitan dengan hal tersebut,
zigot ada yang berkembang di dalam ataupun di luar sebuah induk.
Apabila
zigot berkembang di dalam tubuh induk, hewan muda akan keluar dari tubuh induk
melalui proses melahirkan. Hewan yang berkembang biak (mengahsilkan keturunan)
dengan cara melahirkan dinamakan hewan bersifat vivipar. Pada vivipar, makanan
yang diperlukan untuk perkembangan embrio dapat diperoleh dari tubuh induk
melalui organ khusus yang disebut plasenta.
Hewan
vivipar yang di dalam tubuhnya mengandung embrio yang sedang berkembang biak
dikatakan bunting. Istilah bunting atau kebuntingan biasanya digunakan untuk
hewan, sedangkan untuk manusia biasanya digunakan istilah hamil atau kehamilan.
Kebuntingan (kehamilan.pregnansi) akan terjadi apabila ovum yang diovulasikan dapat
dinuahi oleh sperma, serta mengalami perkembangan lebih lanjut melalui tahap
blastula, gastrula, dan seterusnya. Apabila perkembangan embrio telah selesai
hewan muda akan keluar dari tubuh induk.
Jika ovum
dibuahi di luar tubuh induk, embrio pada umumnya berkembang di luar tubuh induk
juga. Dalam keadaan demikian, embrio memproleh seluruh makanan yang diperlukan
dari cadangan makanan yang telah tersedia di dalam ovum atau telur. Namun
kondisi lingkungan di luar tubuh hewan sering kali tidak sesuai dengan kondisi
yang diperlukan untuk perkembangan embrio yang maksimal. Untuk itu, induk hewan
pada umumnya menyiapkan sarang khusus untuk menyimpan dan mengerami telur
mereka. Dengan demikian tercipta keadaan lingkungan yang mendukung pembentukkan
individu baru. Di dalam telur yang di erami (atau disimpan di dalam sarang),
embrio berkembang di dalam bungkus telur, yang biasanya terdiri atas beberapa
lapis. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur dinamakan hewan bersifat
ovipar. Apabila perkmbangan embrio telah selesai hewan muda akan keluar dari
dalam cangkang / bungkus telur melalui proses menetas.
Selain
golongan ovipar dan vivipar, kita juga mengenal adanya hewan yang
memperlihatkan gejala khusus yang merupakan perpaduan antara keduanya. Golongan
hewan ini disebut ovovivipar. Hewan ovovivipar menyimpan telur disuatu tempat
pada tubuhnya yang juga merupakan tempat berlangsu gnya pembuahan sekaligus
tempat berlangsungnya perkembangan embrio. Pada hewan ini, makanan yang
diperlukan untuk perkembangan embrio sepenuhnya diperoleh dari telur (tidak
dari tubuh induk), seklaipun embrio berkembang dalam tubuh induk. Apabila sudah
mencapai perkembangan yang memadai hewan muda akan dikeluarkan dari tubuh induk
seperti tampak pada hewan vivipar.
Pengeluaran
individu baru / muda dari tubuh induk disebut kelahiran atau parturisi. Factor
yang memicu terjadinya kelahiran tidak diketahui dengan jelas. Akan tetapi,
proses tersebut diduga diawali dengan adanya relaksin, senyawa kimia yang
dikeluarkan oleh plasenta. Relaksin sangat diperlukan untuk meniingkatkan
keluwesan (fleksibilitas) jaringan di daerah panggul (pelvis) dan pelebaran
mulut rahim serta leher rahim (serviks uterus/jalan lahir). Pelebaran
(dilatasi) serviks merupakan salah satu factor yang akan mengahsilkan reflex
pengeluaran hormone oksitosin dari hipotalamus (melalui hipofisis bagian
belakang). Selanjutnya, oksitosin akan merangsang otot rahim untuk berkontraksi
sehingga individu muda terdorong turun ke jalan lahir. Turunnya individu muda
ke jalan lahir akan menyebabkan serviks (bahkan dinding vagian juga) semakin
meregang. Hal ini mendorong reflex pengeluaran oksitosin dalam jumlah yang
lebih banyak sehingga kontraksi dinding uterus pun akan semakin kuat. Keadaan
demikian terus berlangsung sampai akhirnya hewan muda terdorong speenuhnya dari
dalam rahim, dan terjadilah kelahiran. Dalam proses tersebut, tubuh induk akan
mengeluarkan individu muda beserta plasentanya.
Berkaitan
dengan kehamilan dan kelahiran, induk betina akan mengalami perunahan pada
kelenjar susunya sehingga dapat menghasilkan air susu. Air susu sangat
dibutuhkan oleh hewan muda sebagai sumber makanan utama pada awal hidupnya.
Masa pemberian air susu kepada hewan muda dinamakan masa laktasi. Pembentukkan
air susu dikendalikan oleh hormone prolaktin dari pituitary bagian depan, yang
pengeluarannya dirangsang oleh beberapa factor antara lain adanya
isapan/pijatan pada putting susu, kontraksi otot polos di sekitar sel kelenjar
air susu dan kontraksi otot lurik di daerah dada. Bahkan rangsang psikis
seperti mendengar tangisan bayi pun dapat merangsang pengeluaran oksitosin yang
memacu kontraksi otot pada kelenjar susu. Jadi, pengeluaran air susu dari
kelenjarnya akibat oksitosin sesungguhnya tejadi karena oksitosin memacu
kontraksi otot polos pada kelenjar air susu sehingga kelenjar mengerut dan air
susu memancar keluar.
Reproduksi
merupakan proses pembentukkan individu baru. Reproduksi dapat terjadi secara
generative dan secara vegetative. Reproduksi dipengaruhi oleh factor dalam
yaitu saraf dan hormone dan juga oleh berbagai faktor luar seperti suhu
lingkungan, makanan, dan fotoperiodisitas. Pembentukan individu baru secara
generative diawali dengan adanya pembentukkan gamet, pembuahan, dan proses
perkembangan embrio sehingga individu baru akan muncul melalui proses kelahiran
atau penetasan. Mamalia memelihara hewan muda dengan memproduksi air susu, yang
proses pembentukkannya dikendalikan pleh saraf dan hormon. Masa pemberian air
susu kepada mamalia muda dinamakan masa laktasi.
Proses
reproduksi merupakan proses yang membentuk siklus dengan gejala yang mudah
diamati, terutama pada hewan betina.kebanyakan mamalia betina mengalami siklus
estrus, tetapi primate mengalami siklus menstrual. Hormone yang mengendalikan
proses reproduksi dinamakan hormone gonadotropin, yang pada umumnya dapat
dibedakan menajdi dua yaitu LH dan FSH.
Kedua hormone tersebut dihasilkan dari kelenjar pituitary bagian depan dan
pengeluarannya dikendalikan oleh Gn-RH dari hipotalamus.
Reproduksi pada Invertebrata
1.
Perkembangbiakan aseksual
Perkembangbiakan
secara aseksual pada hewan invertebrata terjadi dengan cara:
a) Membelah Diri
Reproduksi
dengan cara membelah diri hanya terjadi pada protozoa (hewan bersel satu),
misalnya Amoeba, Paramaecium, dan Euglena.
Proses
pembelahan diawali dengan proses pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian
diikuti pembelahan sitoplasma menjadi dua bagian yang masing-masing
menyelubungi masing-masing nukleus tersebut. Selanjutnya, bagian tengah
sitoplasma menyempit dan diikuti pemisahan yang membentuk dua individu. Pada
saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan melindungi diri
dengan membentuk kista
yang berdinding sangat kuat. Di dalam
kista tersebut, Amoeba membelah diri berulang-ulang menghasilkan banyak individu
baru dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika kondisi lingkungan membaik, dinding
kista akan pecah dan individu-individu baru akan keluar, tumbuh dan berkembang
menjadi Amoeba dewasa.
b) Fragmentasi
Fragmentasi
adalah perkembangbiakan dengan memotong bagian tubuh, kemudian potongan tubuh
tersebut tumbuh menjadi individu baru. Hewan yang melakukan reproduksi secara
fragmentasi adalah cacing Planaria.
Cacing
Planaria mempunyai daya regenerasi yang sangat tinggi. Seekor cacing Planaria
yang dipotong menjadi dua bagian, masing-masing potongan akan tumbuh dan
berkembang menjadi dua ekor cacing Planaria.
c) Pembentukan Tunas
Tunas
adalah cara perkembangbiakan di mana individu baru merupakan bagian tubuh dari
induk yang terlepas kemudian tumbuh. contoh Hewan yang berkembang biak dengan
membentuk tunas ialah Hydra sp.
Individu
baru Hydra terbentuk dari bagian tubuh Hydra dewasa. Setelah cukup besar, tunas
akan melepaskan diri dari tubuh induknya. Hewan lain yang melakukan reproduksi
dengan tunas misalnya ubur-ubur, hewan karang, dan anemon laut.
d) Sporulasi
Sporulasi
adalah proses pembelahan berganda (pembelahan multipel) yang menghasilkan
spora. Hewan yang melakukan reproduksi dengan sporulasi adalah Plasmodium sp. Plamodium adalah
protozoa bersel satu yang dikenal sebagai penyebab penyakit malaria.
Dalam siklus hidupnya, plasmodium mengalami
dua fase, yaitu fase generatif dan fase vegetatif. Fase generatif berlangsung
di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase vegetatif berlangsung di
dalam tubuh penderita penyakit malaria.
2.
Perkembangbiakan seksual
Pada
reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-kadang dapat
terbentuk individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga reproduksi secara
kawin pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Tanpa pembuahan, yaitu pada
peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi dapat tumbuh menjadi
individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
2.
Dengan pembuahan, dapat dibedakan
atas konjugasi dan anisogami.
·Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas
alat reproduksinya misalnya Paramecium.
·Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama
besarnya, misalnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan
peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.
1.
Invertebrta
a. Platyhelminthes
Organ
reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium) pada Platyhelminthes
terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit. Alat reproduksi
terdapat pada bagian ventral tubuh. Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun
parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan
kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit
hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.
Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain. Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes. Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.
b.
Nemathelminthes
Nemathelminthes
umumnya bereproduksi secara seksual karena sistem
reproduksinya bersifat gonokoris, yaitu alat
kelamin jantan dan betinanya terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi
dilakukan secara internal. Hasil fertilisasi dapat mencapai
lebih dari 100.000 telur per hari. Saat berada di lingkungan yang tidak
menguntungkan, maka telur dapat membentuk kista untuk
perlindungan dirinya.
c.
Annelida
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan
pembantukan gamet, memiliki klitelum sebagai alat kopulasi. Klitelum = struktur
reproduksi yang mengsekresi cairan & membentuk kokon tempat deposit telur.
Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian
beregenerasi. Organ seksual Annelida ada yang menjadi satu dengan individu
(hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris) melalui
larva trochophore berenang bebas.
d.
Arthropoda
Secara normal udang adalah
diossious, hanya dalam keadaan luar biasa mereka adala hemaprodit. Alat
reproduksi jantan adalah testis terletak di bawah pericardial sinus. Dua vasa
differensia yang terbuka melalui coxopodite pada kaki jalan ke 5. Alat
reproduksi betina adalah ovarium yang berupa testis baik bentuk maupun
letaknya. Sebuah oviduct terbuka pada coxopodite pada kaki jalan ketiga.
Kopulasi udang biasanya terjadi pada bulan September, Oktober, Nopember pada
tahun pertama. Mereka hidup bersama setelah umur mereka lebih satu bulan.
Kopulasi kedua terjadi pada musim hujan kedua.
e.
Moluscca
Mollusca
bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual saling terpisah
pada individu lain.Fertilisasi dilakukan secara internal dan eksternal untuk
menghasilkan telur.Telur berkembang menjadi larva dan berkembang lagi menjadi
individu dewasa.
f.
Echinodermata
Secara umum filum Echinodermata, menglami seks secara terpisah
dengan beberapa perkecualian. Gonad yang relative besar terletak di sebelah
luar dengan pembuluh sederhana, jumlah ovum banyak sekali dan pembuahan terjadi
dalam air, larva mikroskopis, bersilia dan transparan serta biasanya hidup
bebas dengan berenag-renang dalam air, bermetamorfosis yang kompleks. Beberapa
spesies vivipar, beberapa berkembang biak dengan aseksual yaitu dengan
pembelahan sel, memiliki daya regenerasi yang besar sekali bila terdapat bagian
yang rusak atau terlepas.
Contohnya pada bintang laut, seks
bintang laut terpisah yakni ada yang jantan atau betina. Alat reproduksi
strukturnya bercabang-cabang pada masing-masing lengan terdapat dua cabang yang
berada di bagian dasar pertemuan lengan. Pada hewan betina alat seksnya dapat
melepaskan 2,5 juta telur dalam tiap 2 jam, sehingga tiap musim bertelur dapat
melepaskan telur sebanyak kurang lebih 200 juta. Hewan jantan pun dapat
menghasilkan sperma lebih banyak dari jumlah sel telur telur betina.
Fertilisasi atau pembuahan terjadi dalam air, kemudian akan tumbuh menjadi
larva bipinria.
g. Porifera
Porifera
melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi
secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut
juga tunas internal. Gemmule dihasilkan menjelang musim dingin di dalam tubuh
Porifera yang hidup di air tawar. Secara seksual dengan cara peleburan sel
sperma dengan sel ovum, pembuahan ini terjadi di luar tubuh porifera.
h.
Coelenterata
Reproduksi
Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual.Reproduksi aseksual dilakukan
dengan pembentukan tunas.Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata
yang berbentuk polip.Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat
pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan
dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma).Gamet dihasilakan oleh seluruh
Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip.Contoh
Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah hydra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar