1.Berfikir atau Bernalar sebagai Proses Berbahasa
Berbahasa identik dengan berpikir.
Penalaran adalah proses berpikir yang sistemis untuk memperoleh kesimpulan/pengetahuan
yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar mengarah pada berpikir
benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena
penalaran bersifat obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam
segala kondisi,
Fakta adalah kenyataan yang dapat
diukur dan dikenali, dari faktalah ditarik sebuah kesimpulan. Dengan mengamati
fakta, kita dapat menghitung, mengukur, mengklasifikasi dan
menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berfikir adalah klasifikasi.
2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan
benda/fakta yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesiesnya.
1) Guna klasifikasi
Klasifikasi menempatkan fakta pada
suatu hubungan logis untuk menggambarkan yang jelas tentang fakta. Dengan demikian
klasifikasi berguna untuk memahami fakta yang diperlukan sebagai dasar
penalaran.
2) Proses klasifikasi
Membuat klasifikasi mengenai
sejumlah benda/fakta berarti memasukkan atau menempatkan
benda-benda/fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem.
Terdapat dua jenis
klasifikasi, yaitu klasifikasi kompleks, yang anggota faktanya banyak dan
klasifikasi dikotomis, yang anggota faktanya berlawanan. Klasifikasi akan
berhenti atau tidak dapat diteruskan lagi, jika sudah sampai kepada individu
yang tidak merupakan spesies/jenis.
Suatu kelas terbentuk
berdasarkan ciri-ciri tertentu
yang merupakan kriterianya. Dengan kata lain, setiap anggota kelas harus
memiliki semua ciri tersebut sehingga dapat dibedakan dari anggota kelas
lainnya. Klasifikasi berbeda dengan pembagian, pembagian lebih bersifat
kuantitatif, tanpa suatu kriteria.
3) Persyaratan Klasifikasi
Prinsipnya jelas: Prinsip merupakan dasar patokan untuk membuat
klasifikasi, berupa cirri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta/gejala/
benda yang diklasifikasi.
Logis dan Konsisten: Artinya, prinsip-prinsip itu harus diterapkan secara
menyeluruh kepada kelas bawahannya.
Lengkap dan Menyeluruh: Artinya, dasar pengelompokan yang dipergunakan
harus dikenakan kepada semua anggota kelompok tanpa kecuali. Untuk menentukan
prinsip/dasar klasifikasi sangat bergantung pada maksud dan tujuan klasifikasi.
3. Proposisi
Kalimat yang menghubungan fakta-fakta dalam
proses penalaran diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan atau kalimat
berita disebut kalimat proposisi. Sifat dapat bernilai benar atau salah, itu
berarti bahwa proposisi selalu merupakan kalimat pernyataan atau berita; sebab
kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan tidak dapat bernilai benar
atau salah. Dalam
penalaran, proposisi disebut juga premis.
1) Implikasi
Implikasi ialah ucapan/pernyataan tentang fakta,
tanpa mempertimbangkan pendapat-pendapat tentang fakta tersebut. Untuk menguji kebenaran ucapan faktual ini perlu diadakan pengujian
terhadap fakta sebagai sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi secara nyata
dan dapat diukur.
2) Inferensi
Inteferensi ialah pendapat atau kesimpulan yang
merupakan hasil kesimpulan. Untuk membuktikan kebenaran sebuah kesimpulan perlu
diuji fakta yang menjadi dasar penyusun kesimpulan dan proses pembentukan
kesimpulan tersebut.
4. Penalaran
Penalaran dapat dibedakan dengan cara induktif
dan deduktif. Penalaran
induktif ialah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah
fenomena/gejala individual untuk menurunkan suatu kesimulan yang umum.
Penalaran deduktif adalah proses berpikir yang
bertolak dari, prinsip , hukum, putusan yang berlaku umum untuk suatu
hal/gejala. Atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang
khusus yang merupakan bagian hal/gejala umum.
1) Generalisasi
Generalisasi ialah proses berfikir
berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk
menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Untuk
membuat generalisasi harus memenuhi:
Cukup Memadai
Artinya gejala-gejala khusus/sampel
yang diamati sebagai dasar penarikan kesimpulan mencukupi jumlahnya.
Cukup Mewakili
Artinya sampel meliputi seluruh atau
sebagian yang dikenai generalisasi atau sampelnya mewakili populasi, misalnya
di suatu fakultas yang terdiri dari tiga program studi, terdapat 16 kelas yang
terdiri dari tingkat 1,2,3,4.
Kekecualian
Jika
kesimpulan umum terlalu banyak kekecualian, maka tidak dapat diambil
generalisasi. Dalam hal ini, hindari kata-kata setiap semua; gunakan kata
cenderung, pada umumnya, rata-rata, pada umumnya, pada mayoritas yang diteliti,
dan sebagainya.
2) Analogi
Analogi induktif ialah proses berpikir untuk
menarik kesimpulan/interferensi tentang suatu kebenaran suatu gejala khususlain
yang memiliki sifat-sifat/ciri-ciri esensial penting yang bersamaan .
Selain analogi induktif, dalam
tulis-menulis dikenal juga analogi deklaratif, yaitu teknik menjelaskan dalam
tulisan dengan mendahulukan hal yang telah diketahui sebelum memperkenalkan hal
yang baru, yang mempunyai kesamaan dengan hal di atas.
3) Sebab-akibat
Prinsip umum hubungan sebab-akibat
menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya. Terdapat tiga pola
hubungan sebab akibat:
a. Penalaran dari
sebab ke akibat; dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui,
mungkin untuk menarik kesinpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.
b. Penalaran dari
akibat ke sebab; dimulai dari suatu akibat yang diketahui, kemudian dipikirkan
apa yang mungkin menjadi penyebabnya. Penalaran ini bersifat expost facto (hal
yang sudah expost facto (hal yang sudah terjadi), misalnya menentukan penyebab
kematian, kecelakaan, proses peradilan,dan cerita detektif,
c. Penalaran dari
akibat ke akibat; berpangkal dari suatu akibat dan langsung dipikirkan akibat
lain tanpa memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.
Untuk mendapatkan kesimpulan sebab-akibat yang
benar, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
Tidak adakah sesuatu yang dapat mencegah timbulnya gejala yang
diakibatkan oleh sesuatu penyebab yang diamati? Dalam penalaran sebab-akibat,
harus diyakini bahwa garis penalaran, langsung tidak diputus oleh faktor-faktor
eksternal.
Tidak adakah factor lain yang menyebabkan terjadinya akibat? Dalam
penalaran akibat ke sebab, sering dilupakan penyebab lain yang berperan
menimbulkan sebab.
Adakah penyebab umum yang menimbulkan akibat-akibat. Apakah penyebab itu
adalah satu-satunya yang menimbulkan kedua akibat tersebut.
Penalaran deduktif bergerak dari
suatu yang bersifat umum kepada yang khusus.
1) Silogisme
Silogisme adalah cara
berfikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kemungkinan
kita hanya menemukan polanya saja. Sebuah silogisme terdiri dari atas tiga term
(mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi (premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan).
a. Penjelasan
Silogisme merupakan
bentuk penalaran deduktif yang bersifat formal.
Proses penalaran
dimulai dari premis mayor, melalui premis minor, sampai pada kesimpulan.
Strukturnya tetap;
premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Premis mayor berisi
pernyataan umum.
Premis mayor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian
premis mayor (term mayor).
b. Persyaratan
Silogisme
Di
dalam silogisme hanya mungkin ada tiga term.
Dari
dua premis negatif, tidak dapat ditarik kesimpulan.
Term
tengah tidak dapt ditarik kesimpulan.
Term - term yang mendukung proposisi harus jelas, tidak
mengandung pengertian ganda/ menimbulkan keraguan.
Partikular
dan premis minor negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
2) Entinem
Entimem adalah silogisme yang salah satunya
premisnya dihilangkan/ tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
5. Kesalahan Bernalar
Dalam ucapan atau
tulisan, sering kita jumpai pernyataan yang mengandung kesalahan. Kesalahan ini
terjadi secara tidak sadar karena kondisi mental yang tertekan atau tidak
menyenangkan, misalnya salah tulis atau salah ucap.
1) Kesalahan Informal
Kesalahan informal dikelompokkan
dalam kesalahan relevansi karena premisnya tidak mempunyai hubungan dengan
kesimpulan.
• Argumentum ad Hominem
Kesalahan ditujukan
kepada diri sendiri. Kesalahan ini karena kesimpulan tidak berdasarkan
penalaran, tetapi berdsarkan kepentingan diri sendiri dengan mengemukakan
alasan yang tidak logis.
• Argumentum ad Baculum
Baculum artinya tongkat, artinya keputusan diterima
atau ditolak karena adanya ancaman hukuman.
• Argumentum ad Aditoritas
Artinya menerima
pendapat bukan karena penalaran benar, tetapi pendapat itu dinyatakan oleh orang
yang berkuasa.
• Argumentum ad Papolum
Artinya argumentasi
ditujukan kepada rakyat. Menggunakan cara ini demi kepentingan rakyat untuk
maksud tertentu (propaganda).
• Argumentum ad Misericordian
Artinya argumentasi
untuk membangkitkan belas kasihan. Biasanya dikemukakan apabila
seseorang ingin meminta maaf atas kesalahannya.
• Kesalahan Non causa pro causa
Artinya mengemukakan suatu
sebab yang sebenarnya bukan sebab.
• Kesalahan Aksidental
Artinya kesalahan akibat penerapan
prinsip umum terhadap keadaan yang bersifat aksidental atau kondisi kebetulan.
• Petito Principii
Artinya kesalahan
terjadi jika argumentasi yang diberikan telah tercantum dalam premisnya.
• Keasalahan komposisi dan revisi
Artinya kesalahan kelompok terjadi
jika kita menerapkan predikat individu kepada kelompok.
• Kesalahan pada pertanyaan yang kompleks
Artinya pertanyaan kompleks sering
ditemukan dalam kalimat kompleks, tetapi juga membutuhkan jawaban yang
kompleks.
• Non-Secuitur atau kesalahan konsekuen
Artinya pada proposisi
kondisional terjadi pertukaran antara anteseden dan konsekuen.
• Ignoratio Elenchi
Kesalahan karena tidak
ada relevansi dalam isi argumentasi.
2) Kesalahan Formal
a. Kesalahan Induktif
Generalisasi terlalu luas, terjadi karena anggota
sampel yang diamati kurang mencukupi dan memadai
Hubungan sebab-akibat yang tidak memadai: Dalam berbahasa sering dijumpai hubungan sebab-akibat yang tidak tepat
karena akibat dihubungkan dengan penyebab berdasarkan kepercayaan atau
penulis/pembaca sebagai penyebab utama.
Kesalahan Analogi: Dasar analogi yang
dipakai tidak merupakan ciri esensi.
b. Kesalahan Deduktif
Kesalahan premis mayor tidak dibatasi
Kesalahan term keempat: dalam hal ini term tengah bukan merupakan bagian dari term mayor atau
tidak ada hubungan antara kedua pernyataan,
Kesimpulan terlalu luas: terjadi jika kesimpulan lebih luas daripada premisnya. Premis mayor
partikular dan kesimpulan universal.
Kesimpulan dari premis-premis negatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar