8. IHSAN
TUJUAN
Peserta memahami hakikat ihsan dan
balasan bagi orang-orang yang berbuat ihsan
Peserta mengetahui landasan berbuat
ihsan
Peserta mengetahui cara beramal
dengan ihsan
RINCIAN
BAHASAN
Pengertian
Ihsan dianalogikan sebagai atap
bangunan Islam (Rukun Iman adalah pondasi,
rukun Islam
adalah tiang-tiang bangunannya). Sebagaimana sebuah atap yang
berfungsi
untuk melindungi isi bangunan, begitu pula dengan ihsan. Ihsan (perbuatan
baik dan
berkualitas) berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan keislaman seseorang.
Jika seseorang
berbuat ihsan, maka amal-amal Islam lainnya akan terpelihara dan tahan
lama.
Landasan Ihsan
1. Landasan Quality (Landasan Hukum)
·
Allah mencintai orang-orang yang
berbuat ihsan (QS. 2:195). Dalam hadits yang
diriwayatkan dari Abi Ya'la Syaddad
bin Aus r.a. dari Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan untuk berbuat ihsan terhadap segala
sesuatu, maka jika kamu
menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang ihsan,
dan hendaklah menajamkan pisau dan
menyenangkan (menenangkan dan
menentramkan) hewan sembelihan itu" (HR Muslim). Tuntutan untuk
berbuat ihsan
dalam Islam yaitu secara maksimal
(terhadap segala sesuatu : manusia, hewan,
tumbuhan, dll) dan optimal
(terhadap yang hidup maupun yang akan mati).
2. Landasan Kauniy
·
suka akan perbuatan baik dan
berkualitas. Misalnya dalam segi kebersihan,
keteraturan, dan kedisiplinan dalam
bermasyarakat.
Alasan Berbuat
Ihsan
Ada dua alasan
mengapa kita berbuat ihsan :
1. Adanya monitoring Allah (Muraqabatullah)
·
menyamar sebagai manusia, tentang
definisi ihsan : "Mengabdilah kamu kepada
Allah seakan-akan kamu melihat Dia,
jika kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya
Dia melihatmu."
2. Adanya kebaikan Allah (Ihsanullah)
·
seharusnya pula kita berbuat ihsan,
kapan dan di manapun, kepada siapapun
(QS.28:77, 55:60, 108:1-3).
|
|
|
|
Dengan mengingat Muraqabatullah
dan Ihsanullah, maka sudah selayaknya kita
ber-Ihsanu Niyah (berniat
yang baik). Karena niat yang baik akan mengarahkan kita
kepada :
1. Ikhlasun Niyat (Niat yang ikhlas). Niat
yang baik seharusnya pula diiringi dengan
niat yang ikhlas.
2. Itqonul ‘Amal (Amal yang rapih). Setelah
kita berusaha mengikhlaskan niat kita, kita
berusaha untuk beramal
sebaik-baiknya. Salah satu ciri amal yang baik ialah yang
rapi dalam pelaksanaannya.
Kesungguhan dalam beramal salah satunya
mencerminkan niat yang ikhlas.
Selama ini pengertian kita kepada karakteristik niat
yang ikhlas cenderung keliru
(karena niat kita ikhlas maka amal yang kita lakukan
seadanya, tidak sepenuh hati).
Padahal sebaliknya, niat yang ikhlas tercermin
dalam amal yang sungguh-sungguh dan
berkualitas.
3. Jaudatul Adaa’ (Penyelesaian yang baik).
Niat yang baik juga akan menyebabkan
kita berusaha untuk menyelesaikan
amal kita dengan baik. Evaluasi setelah
beramal adalah hal yang sebaiknya
dilakukan.
Jika seseorang beramal dan memenuhi
kriteria di atas, maka ia telah memiliki
Ihsanul ‘Amal (Amal yang ihsan).
Ada tiga keuntungan jika seseorang
beramal dengan amal yang ihsan :
1.
Dicintai Allah (QS.2:195). Allah mencintai orang-orang yang berbuat
ihsan karena
orang tersebut telah menunaikan
hak-hak Allah atas makhluk-Nya (berbuat baik
terhadap makhluk Allah), selain itu
juga Allah mencintai amal yang rapi dan
berkualitas (QS.61:4, 55:60).
2.
Mendapat pahala (QS.33:29). Adalah hal yang wajar dan masuk akal, orang
akan
lebih menghargai perbuatan yang
baik dan berkualitas. Kita sebagai muslim
tentunya mengharap lebih dari itu,
yaitu pahala dan keridhaan dari Allah.
3.
Mendapat Pertolongan Allah (QS.16:128). Keuntungan lain dari amal yang
ihsan
ialah kelak pelakunya akan mendapat
pertolongan Allah, sesuatu yang hanya Allah
karuniakan pada orang-orang yang
dikehendaki-Nya.
Kesimpulan
Jadi untuk beramal yang ihsan harus
memenuhi kriteria :
1. Zhohirotul Ihsan (Penampakan yang ihsan).
Artinya : Lakukanlah yang terbaik! (Do
your Best !)
2. Qiimatul Ihsan (Niat yang ihsan).
Artinya, Ikhlaslah selalu (To be ikhlas, please !)
DISKUSI
Sebutkanlah contoh perbuatan yang
tidak ihsan di sekitarmu. Mengapa perbuatan
tersebut banyak terjadi pada kaum
muslimin?
REFERENSI
Paket BP Nurul Fikri, Ihsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar