Sabtu, 19 Desember 2015

Eksistensi Allah

20. EKSISTENSI ALLAH
TUJUAN
Menambah keimanan peserta kepada Allah
Peserta meyakini bahwa Allah itu eksis/ada
Peserta mengetahui bukti atau dalil-dalil tentang eksistensi Allah
Peserta memahami cara mengenal Allah
GAME
·   Mentor meminta tiga siswa untuk menggambar sesuatu di papan tulis.
·   Mentor membuka diskusi dengan mengajukan pertanyaan sebab-akibat keberadaan
gambar di papan tulis. Misalnya:
“Mengapa  gambar  tersebut  ada  di  papan  tulis?”  (Karena  ada  yang
menggambarnya!)
“Jika tadi tak ada yang menggambar, apakah gambar tersebut akan ada?” (Tidak!)
“Kalau begitu, segala sesuatu yang karena ada yang mengadakan. Gambar itu ada
karena ada yang menggambarnya. Kita ada karena ada yang menciptakan. Alam
semesta ini ada karena ada yang mengadakan. Siapa yang menciptakan kita?”
(Allah!)
“Berarti Sang Pencipta itu memang ada!”
·
RINCIAN BAHASAN
Di antara sesuatu yang wajib diterima oleh akal adalah bahwa setiap sesuatu
yang ada pastilah ada yang mengadakan. Begitu pula dengan alam semesta ini, tentu
ada yang menjadikannya (QS.52:35). Bukti-bukti eksistensi Allah dapat ditinjau
berdasarkan lima dalil, yaitu :
1.  Dalil fitrah, yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia bahwa ada dzat yang
maujud, yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, yang mengawasi segala
sesuatu, mengurus dan mengatur segala yang ada di alam semesta, yang
diharapkan kasih sayang-Nya dan ditakuti kemurkaan-Nya. Hal ini digambarkan
oleh Allah SWT dalam QS. 10:22.
2.  Dalil akal, yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang
merupakan manifestasi dari eksistensi Allah SWT. Orang yang memikirkan dan
merenungkan alam semesta akan menemukan empat unsur alam semesta :
a.  Ciptaan-Nya
·
berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup dan cara berkembang
biak (QS. 35:28). Semua itu menunjukkan adanya zat yang menciptakan,
membentuk, menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan (QS. 29:19,20).
Bagaimanapun pintarnya manusia, tentu ia tidak akan dapat membuat makhluk
yang hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah SWT menantang manusia untuk
membuat seekor lalat jika mereka mampu (QS. 22:73). Nyatalah bahwa tiada
yang dapat menciptakan alam semesta ini kecuali Allah Yang Maha Tinggi dan
Maha Hidup.
b.  Kesempurnaan
Bila kita perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi, kita akan menemukan
 









·
diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat.Hal ini
menunjukkan adanya kehendak agung yang bersumber dari Sang Pencipta.
Sebagai contoh, seandainya matahari memberikan panasnya pada bumi hanya
setengah dari panasnya sekarang, pastilah manusia akan membeku
kedinginan. Dan seandainya malam lebih panjang sepuluh kali lipat dari malam
yang normal tentulah matahari pada musim panas akan membakar seluruh
tanaman di siang hari dan di malam hari seluruh tumbuhan membeku. Firman
Allah:
·
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali
kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun
dalam keadaan payah.” (QS. 67:3,4)
c.  Perbandingan ukuran yang tepat dan akurat (QS. 25:2)
·
perhitungan yang tepat dan sangat akurat. Bila tidak, maka tidak akan mungkin
para ilmuwan berhasil menyusun rumus-rumus matematika, fisika, kimia
bahkan biologi.
d.  Hidayah (tuntunan dan bimbingan) (QS. 20:50)
·
dapat menjalankan hidupnya dengan mudah, sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Pada manusia sering disebut sebagai ilham dan pada hewan
disebut insting/naluri. Seorang bayi ketika dilahirkan menangis dan mencari
puting susu ibunya. Siapa yang mengajarkan bayi-bayi tersebut? Seekor ayam
betina membolak-balikkan telur yang tengah dieramnya, agar zat makanan
yang terdapat pada telur itu merata, juga kehangatan dari induk ayam tersebut,
dengan demikian telur tersebut dapat menetas. Secara ilmiah akhirnya
diketahui bahwa anak-anak ayam yang sedang diproses dalam telur itu
mengalami pengendapan bahan makanan pada tubuhnya di bagian bawah.
Jika telur tersebut tidak digerak-gerakkan maka zat makanan tersebut tidak
merata, dengan demikian ia tidak dapat menetas. Siapa yang mengajarkan
ayam untuk berbuat demikian ?
·
Kita sering mendengar seseorang yang ditimpa musibah yang membuat hatinya
hancur luluh, putus harapan, lalu ia berdoa menghadap Allah SWT. Tiba-tiba musibah itu
hilang, kebahagiaan pun kembali dan datanglah kemudahan sesudah kesusahan. Siapa
yang mengabulkan doa, siapa pula yang mengajarkan orang, yang kafir sekalipun, untuk
berdoa/meminta pertolongan pada suatu zat di luar dirinya yang dirasakannya bersifat
Maha Kuasa dan Maha Berkehendak ? Firman Allah :
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah yang kamu seru kecuali
Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu pun berpaling. Dan
manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS.17:67)







Eksistensi Allah terlihat dalam banyak sekali fenomena-fenomena kehidupan.
Barangsiapa yang membaca alam yang maha luas ini dan memperhatikan penciptaan
langit dan bumi serta dirinya sendiri, pasti ia akan menemukan bukti-bukti yang jelas
tentang adanya Allah SWT. Firman Allah :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-
Quran itu adalah benar.” (QS.41:53)
1.  Dalil akhlaq
·
inilah, ia secar naluriah mau tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya lurus
dan urusannya berjalan teratur dan baik. Zat yang dapat menanamkan akhlaq
dalam jiwa manusia adalah Allah, sumber dari segala sumber kebaikan, cinta dan
keindahan. Keberadaan ‘moral’ yang mendominasi jiwa manusia merupakan bukti
eksistensi Allah. (QS. 91:7-8)
2.  Dalil wahyu
·
Semua rasul menjalankan misi dari langit dengan perantaraan wahtu. Dengan
membawa bukti yang nyata (kitab/wahyu dan mukzijat) mengajak umatnya agar
beriman kepada Allah, mengesakan-Nya dan menjalin hubungan baik dengan-Nya,
serta memberi peringatan akan akibat buruk dari syirik/berpaling dari-Nya
(QS.6:91). Siapa yang mengutus mereka dengan tugas yang persis sama? Siapa
yang memberikan kekuatan, mendukung dan mempersenjatai mereka dengan
mukzijat? Tentu suatu zat yang eksis (maujud), Yang Maha Kuat dan Perkasa, yaitu
Allah. Keberadaan para rasul ini merupakan bukti eksistensi Allah.
3.  Dalil sejarah
·
adanya Tuhan yang patut disembah dan diagungkan. Semuanya telah mengenal
iman kepada Allah menurut cara masing-masing. Konsensus sejarah ini merupakan
bukti yang memperkuat eksistensi Allah. (QS.47:10; perkataan ahli sejarah Yunani
kuno bernama Plutarch).
Terdapat beberapa cara mengenal Tuhan menurut ajaran selain Islam,
diantaranya yaitu dengan hanya mengandalkan panca indera dan sedikit akal, sehingga
timbul prakiraan-prakiraan yang membentuk filsafat-filsafat atau pemikiran tentang
ketuhanan. Filsafat dan pemikiran tersebut justru mendatangkan keguncangan dan
kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya menanamkan keraguan dan kesangsian
terhadap keberadaan Allah. (QS.34:51-54; 2:147; 22:11; 10:94)
Jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir tersebut melanggar fitrah mereka.
Sebab mereka mencoba mengenal Allah dengan menggunakan panca indra saja.
Padahal panca indra hanya bisa mendeteksi sesuatu yang dapat diraba, diukur,
disentuh. Sebaliknya untuk mengenal sesuatu selain Allah mereka menggunakan panca
indra dan akal. Jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir ini pada akhirnya tidak
pernah membawa mereka sampai mengenal siapa Sang Pencipta. Sebaliknya yang
mereka dapatkan adalah ketidaktahuan akan Allah Yang Maha Mencipta.
Kalau kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam ini sangat tersusun rapi,
 
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali melihat
 
Alam ini diciptakan dalam perbandingan ukuran, susunan, timbangan dan
 
Allah memberikan hidayah (tuntunan dan petunjuk) kepada makhluk-Nya untuk
 
Secara fitrah manusia memiliki moral (akhlaq). Dengan adanya moral (akhlaq)
 
Para rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda pada zaman yang berbeda.
 
Semua umat manusia di berbagai budaya, suku, bangsa dan zaman, percaya akan
 









Adapun jalan yang ditempuh Islam untuk mengenal Allah ialah dengan
menggunakan keimanan dan dilengkapi dengan akal. Kedua potensi tersebut
dioptimalkan dengan proses tafakkur dan tadabbur. Tafakkur artinya memikirkan ciptaan
atau tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah). Tadabbur berarti merenungkan ayat-
ayat Allah yang tertulis dalam al-Qur’an (ayat qauliyah). Sehingga timbul keyakinan di
dalam hati tentang keberadaan dan kekuasaan Allah (QS.3:190-191; 12:105; 10:101)
Jalan yang ditempuh oleh orang mukmin bersandarkan pada fitrahnya sebagai
manusia, yaitu mengoptimalkan akal, pemikiran, ilmu, serta hatinya untuk mengenal
Allah lewat tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya), bukan zat-Nya. Baik tanda-
tanda kebesaran Allah yang ada di alam, mukzijat serta dalm Al Qur’an. Lewat jalan
inilah manusia akan mengenal Allah SWT.
DISKUSI
Sedemikian jelasnya tanda-tanda eksistensi Allah dalam berbagai fenomena kehidupan,
masih banyak manusia yang kafir, tidak mengakui Allah sebagai Pencipta. Mengapa
demikian? [Jawab: lihat Aqidah Seorang Muslim hal. 17-18]
REFERENSI
·   DR. Yusuf Qardhawi, Wujudullah
·   Aqidah Seorang Muslim, Al-Ummah (1994)
·   Sa’id Hawwa, Allah Jalla Jalaluhu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar