20. EKSISTENSI ALLAH
TUJUAN
Menambah keimanan peserta kepada
Allah
Peserta meyakini bahwa Allah itu
eksis/ada
Peserta mengetahui bukti atau
dalil-dalil tentang eksistensi Allah
Peserta memahami cara mengenal
Allah
GAME
·
Mentor meminta tiga siswa untuk menggambar sesuatu di papan tulis.
·
Mentor membuka diskusi dengan mengajukan pertanyaan sebab-akibat
keberadaan
gambar di papan tulis. Misalnya:
“Mengapa gambar
tersebut ada di
papan tulis?” (Karena
ada yang
menggambarnya!)
“Jika tadi tak ada yang menggambar,
apakah gambar tersebut akan ada?” (Tidak!)
“Kalau begitu, segala sesuatu yang
karena ada yang mengadakan. Gambar itu ada
karena ada yang menggambarnya. Kita
ada karena ada yang menciptakan. Alam
semesta ini ada karena ada yang
mengadakan. Siapa yang menciptakan kita?”
(Allah!)
“Berarti Sang Pencipta itu memang
ada!”
·
RINCIAN
BAHASAN
Di antara sesuatu yang wajib
diterima oleh akal adalah bahwa setiap sesuatu
yang ada
pastilah ada yang mengadakan. Begitu pula dengan alam semesta ini, tentu
ada yang
menjadikannya (QS.52:35). Bukti-bukti eksistensi Allah dapat ditinjau
berdasarkan
lima dalil, yaitu :
1. Dalil fitrah, yaitu perasaan alami yang tajam
pada manusia bahwa ada dzat yang
maujud, yang tidak terbatas dan tidak
berkesudahan, yang mengawasi segala
sesuatu, mengurus dan mengatur
segala yang ada di alam semesta, yang
diharapkan kasih sayang-Nya dan
ditakuti kemurkaan-Nya. Hal ini digambarkan
oleh Allah SWT dalam QS. 10:22.
2. Dalil akal, yaitu dengan tafakkur dan
perenungan terhadap alam semesta yang
merupakan manifestasi dari
eksistensi Allah SWT. Orang yang memikirkan dan
merenungkan alam semesta akan
menemukan empat unsur alam semesta :
a.
Ciptaan-Nya
·
berbagai jenis dan bentuk, berbagai
macam cara hidup dan cara berkembang
biak (QS. 35:28). Semua itu
menunjukkan adanya zat yang menciptakan,
membentuk, menentukan rizki dan
meniupkan ruh kehidupan (QS. 29:19,20).
Bagaimanapun pintarnya manusia,
tentu ia tidak akan dapat membuat makhluk
yang hidup dari sesuatu yang belum
ada. Allah SWT menantang manusia untuk
membuat seekor lalat jika mereka
mampu (QS. 22:73). Nyatalah bahwa tiada
yang dapat menciptakan alam semesta
ini kecuali Allah Yang Maha Tinggi dan
Maha Hidup.
b.
Kesempurnaan
|
·
diciptakan dalam kondisi yang
sangat sempurna tanpa cacat.Hal ini
menunjukkan adanya kehendak agung
yang bersumber dari Sang Pencipta.
Sebagai contoh, seandainya matahari
memberikan panasnya pada bumi hanya
setengah dari panasnya sekarang,
pastilah manusia akan membeku
kedinginan. Dan seandainya malam
lebih panjang sepuluh kali lipat dari malam
yang normal tentulah matahari pada
musim panas akan membakar seluruh
tanaman di siang hari dan di malam
hari seluruh tumbuhan membeku. Firman
Allah:
·
pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang, adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi,
niscaya penglihatanmu akan kembali
kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu
cacat dan penglihatanmu itu pun
dalam keadaan payah.” (QS. 67:3,4)
c.
Perbandingan ukuran yang tepat dan akurat (QS. 25:2)
·
perhitungan yang tepat dan sangat
akurat. Bila tidak, maka tidak akan mungkin
para ilmuwan berhasil menyusun
rumus-rumus matematika, fisika, kimia
bahkan biologi.
d.
Hidayah (tuntunan dan bimbingan) (QS. 20:50)
·
dapat menjalankan hidupnya dengan
mudah, sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Pada manusia sering
disebut sebagai ilham dan pada hewan
disebut insting/naluri. Seorang
bayi ketika dilahirkan menangis dan mencari
puting susu ibunya. Siapa yang
mengajarkan bayi-bayi tersebut? Seekor ayam
betina membolak-balikkan telur yang
tengah dieramnya, agar zat makanan
yang terdapat pada telur itu
merata, juga kehangatan dari induk ayam tersebut,
dengan demikian telur tersebut
dapat menetas. Secara ilmiah akhirnya
diketahui bahwa anak-anak ayam yang
sedang diproses dalam telur itu
mengalami pengendapan bahan makanan
pada tubuhnya di bagian bawah.
Jika telur tersebut tidak digerak-gerakkan
maka zat makanan tersebut tidak
merata, dengan demikian ia tidak
dapat menetas. Siapa yang mengajarkan
ayam untuk berbuat demikian ?
·
Kita sering mendengar seseorang
yang ditimpa musibah yang membuat hatinya
hancur luluh, putus harapan, lalu
ia berdoa menghadap Allah SWT. Tiba-tiba musibah itu
hilang, kebahagiaan pun kembali dan
datanglah kemudahan sesudah kesusahan. Siapa
yang mengabulkan doa, siapa pula
yang mengajarkan orang, yang kafir sekalipun, untuk
berdoa/meminta pertolongan pada suatu
zat di luar dirinya yang dirasakannya bersifat
Maha Kuasa dan Maha Berkehendak ?
Firman Allah :
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di
lautan, niscaya hilanglah yang kamu seru kecuali
Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan
kamu ke daratan, kamu pun berpaling. Dan
manusia adalah selalu tidak
berterima kasih.” (QS.17:67)
Eksistensi Allah terlihat dalam
banyak sekali fenomena-fenomena kehidupan.
Barangsiapa
yang membaca alam yang maha luas ini dan memperhatikan penciptaan
langit dan
bumi serta dirinya sendiri, pasti ia akan menemukan bukti-bukti yang jelas
tentang adanya
Allah SWT. Firman Allah :
“Kami akan memperlihatkan kepada
mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-
Quran itu
adalah benar.” (QS.41:53)
1. Dalil akhlaq
·
inilah, ia secar naluriah mau
tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya lurus
dan urusannya berjalan teratur dan
baik. Zat yang dapat menanamkan akhlaq
dalam jiwa manusia adalah Allah,
sumber dari segala sumber kebaikan, cinta dan
keindahan. Keberadaan ‘moral’ yang
mendominasi jiwa manusia merupakan bukti
eksistensi Allah. (QS. 91:7-8)
2. Dalil wahyu
·
Semua rasul menjalankan misi dari
langit dengan perantaraan wahtu. Dengan
membawa bukti yang nyata (kitab/wahyu
dan mukzijat) mengajak umatnya agar
beriman kepada Allah,
mengesakan-Nya dan menjalin hubungan baik dengan-Nya,
serta memberi peringatan akan
akibat buruk dari syirik/berpaling dari-Nya
(QS.6:91). Siapa yang mengutus
mereka dengan tugas yang persis sama? Siapa
yang memberikan kekuatan, mendukung
dan mempersenjatai mereka dengan
mukzijat? Tentu suatu zat yang
eksis (maujud), Yang Maha Kuat dan Perkasa, yaitu
Allah. Keberadaan para rasul ini
merupakan bukti eksistensi Allah.
3. Dalil sejarah
·
adanya Tuhan yang patut disembah
dan diagungkan. Semuanya telah mengenal
iman kepada Allah menurut cara
masing-masing. Konsensus sejarah ini merupakan
bukti yang memperkuat eksistensi
Allah. (QS.47:10; perkataan ahli sejarah Yunani
kuno bernama Plutarch).
Terdapat beberapa cara mengenal
Tuhan menurut ajaran selain Islam,
diantaranya
yaitu dengan hanya mengandalkan panca indera dan sedikit akal, sehingga
timbul
prakiraan-prakiraan yang membentuk filsafat-filsafat atau pemikiran tentang
ketuhanan.
Filsafat dan pemikiran tersebut justru mendatangkan keguncangan dan
kebingungan
dalam jiwa. Sehingga hanya menanamkan keraguan dan kesangsian
terhadap
keberadaan Allah. (QS.34:51-54; 2:147; 22:11; 10:94)
Jalan yang ditempuh oleh
orang-orang kafir tersebut melanggar fitrah mereka.
Sebab mereka
mencoba mengenal Allah dengan menggunakan panca indra saja.
Padahal panca
indra hanya bisa mendeteksi sesuatu yang dapat diraba, diukur,
disentuh.
Sebaliknya untuk mengenal sesuatu selain Allah mereka menggunakan panca
indra dan akal.
Jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir ini pada akhirnya tidak
pernah membawa
mereka sampai mengenal siapa Sang Pencipta. Sebaliknya yang
mereka
dapatkan adalah ketidaktahuan akan Allah Yang Maha Mencipta.
|
|
|
|
|
|
|
Adapun jalan yang ditempuh Islam
untuk mengenal Allah ialah dengan
menggunakan keimanan dan dilengkapi
dengan akal. Kedua potensi tersebut
dioptimalkan dengan proses tafakkur
dan tadabbur. Tafakkur artinya memikirkan ciptaan
atau tanda-tanda kebesaran Allah
(ayat kauniyah). Tadabbur berarti merenungkan ayat-
ayat Allah yang tertulis dalam
al-Qur’an (ayat qauliyah). Sehingga timbul keyakinan di
dalam hati tentang keberadaan dan
kekuasaan Allah (QS.3:190-191; 12:105; 10:101)
Jalan yang ditempuh oleh orang
mukmin bersandarkan pada fitrahnya sebagai
manusia, yaitu mengoptimalkan akal,
pemikiran, ilmu, serta hatinya untuk mengenal
Allah lewat tanda-tanda
kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya), bukan zat-Nya. Baik tanda-
tanda kebesaran Allah yang ada di
alam, mukzijat serta dalm Al Qur’an. Lewat jalan
inilah manusia akan mengenal Allah
SWT.
DISKUSI
Sedemikian jelasnya tanda-tanda
eksistensi Allah dalam berbagai fenomena kehidupan,
masih banyak manusia yang kafir,
tidak mengakui Allah sebagai Pencipta. Mengapa
demikian? [Jawab: lihat Aqidah
Seorang Muslim hal. 17-18]
REFERENSI
· DR. Yusuf
Qardhawi, Wujudullah
· Aqidah Seorang
Muslim, Al-Ummah
(1994)
· Sa’id Hawwa,
Allah Jalla Jalaluhu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar