AQIDAH ISLAMIYAH
TUJUAN :
Peserta memahami makna aqidah
secara bahasa dan istilah
Peserta memahami hubungan iman
kapada Allah dengan aqidah Islam
Peserta memahami standar nilai
aqidah Islam
Peserta memahami makna dan jenis
tauhid
RINCIAN
BAHASAN
Secara bahasa : ’Aqdun-’Aqooid
berarti akal atau ikatan. Maksudnya yaitu
ikatan yang
mengikat manusia dengan aturan-aturan Allah dan nilai-nilai Islam.
Sedangkan
secara istilah : Aqidah ialah suatu yang wajib diyakini atau diimanai tanpa
keraguan,
diikrarkan dengan lisan dan diwujudkannya dalam amal perbuatan sehari-hari.
Aqidah meerupakan motor penggerak
dan otak dalam kehidupan manusia
sehingga
apabila terjadi sedikit penyimpangan padanya, maka menimbulkan
penyelewengan
dari jalan yang lurus pada gerakan dan langkah yang dihasilkan.
Aqidah bagaikan pondasi bangunan.
Dia harus dirancang dan dibangun terlebih
dahulu sebelum
merancang dan membangun bagian yang lain.Kualitas pondasi yang
dibangun akan
berpengaruh terhadap kualitas bangunan yang ditegakkan. Bangunan
yang ingin
dibangun itu sendiri adalah Islam yang sempurna
(kamil), menyeluruh
(syamil)
dan benar (shohih).
Aqidah merupakan misi dawah yang
dibawa oleh Rasul Allah yang pertama
sampai dengan
yang terakhir yang tidak berubah-ubah karena pergantian zaman dan
tempat, atau
karena perbedaan golongan atau masyarakat (QS.42:13) (Aqidah
Islam,Sayyid Sabiq,hal.18)
Hal-hal pokok yang terutama harus
diyakini seseorang yang beriman adalah
tentang
eksistensi dan kebenaran Allah, kebenaran Islam dan kebenaran janji serta
ancaman Allah
(QS.4:136;21:25;16:35). Semakin kokoh keyakinan seseorang, maka
akan semakin
baik pula ibadah dan akhlaknya, karena aqidah bukan sekedar
kepercayaan
kepada Allah. Iman adalah keyakinan akan kemahasempurnaan Allah
yang
menumbuhkan keberanian dan kesiapan untruk mengatur hidup sesuai dengan
yang
dikehendaki-Nya. Aqidah harus menjelma menjadi sesuatu yang nyata - bukan
sekadar
hapalan tentang ilmu aqidah - dalam kehidupan.
Al-Quran telah mengungkapkan aqidah
dengan “iman” dan syariat dengan
“amal
shaleh (perbuatan yang baik)”, seperti yang tersebut dalam QS.18:107-108
dan
QS.16:97. Karena
iman itu letaknya di hati, maka hati merupakan standar penilaian
aqidah yang
akan menentukan tempat kita di akhirat nanti (QS.26:88-89). Selain itu di
dalam sebuah
hadits dikatakan : ”Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa atau
bentuk kamu,
tidak juga kepada jasadmu, tetapi ia melihat kepada hati dan
perbuatanmu.”
Memahami aqidah dimulai dari tauhid
(QS.112:1-4).Tauhid berasal dari kata
wahhada yang berarti menjadikan satu.
Tauhidullah merupakan dasar dari iman kepada
Allah. Setiap
muslim wajib menghayati hakikat tauhid yang diperintahkan Allah sebab dia
merupakan landasan agama-Nya.
Penerimaan tauhid menjadi penyebab keselamatan
hidup manusia di dunia dan di
akhirat dan mendapatkan imbalan syurga.
Jenis tauhid
1. Tauhid uluhiyah
·
ketakutan, dan ketaatan secara
mutlak. Tidak menghambakan diri kepada selain
Allah dan tidak pula
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain baik yang
ada di bumi maupun di langit.
2. Tauhid rububiyah
·
semua makhluk dan penguasa seluruh
alam. Pada hakikatnya tauhid rububiyah
menuntut adanya tauhid uluhiyah.
Keyakinan terhadap tauhid rububiyah saja dan
bahkan sengaja membuat aturan
menentang serta membuat tandingan-tandingan
selain Allah, maka tauhid ini tidak
memberi manfaat sedikitpun.Bahkan dia telah
berada di wilayah kemusyrikan
(QS.10:106).
3. Tauhid asma dan sifat Allah
·
oleh selain-Nya. Semuanya itu harus
diyakini dengan sepenuh hati.
DISKUSI
1.
Ada seorang muslim yang sangat pemurah dan baik hati kepada setiap
orang, tetapi
ia tidak pernah shalat. Prinsipnya
yaitu bahwa kebaikan-kebaikannya itu nanti tetap
akan sampai kepada Allah. Bagaimana
pendapatmu?
2.
Adalagi orang yang rajin shalat dan puasa tetapi ia suka pergi ke dukun.
Bagaimana
menurutmu?
REFERENSI
· DR.Ibrahim
Muhammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam.
· Aqidah Seorang
Muslim, al-Ummah
· Sayyid Sabiq,
Aqidah Islam, Pola Hidup Manusia Beriman, C.V.Diponegoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar