Sabtu, 19 Desember 2015

Membaca Kritis

MEMBACA KRITIS
1. Membaca
a. Pengertian Membaca
Henry Guntur Tarigan berpendapat, bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Aktivitas membaca akan membukakan jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam, dan lorong keahlian yang lebar di masa depan. ada beberapa alternatif untuk melakukan aktivitas membaca untuk studi yang lain dari kebiasaan yang mungkin anda lakukan, dan alternatif itu bermaksud untuk memberikan:
1)      Kecepatan membaca yang sesuai dengan tujuan membaca tingkat kesukaran bahan serta tingkat pemahaman yang hendak dicapai.
2)      Hasil-hasil pemahaman yang tertanam kuat-kuat dalam ingatan.
3)      Hasil-hasil pemahaman yang tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis/pengarang.
4)      Hasil-hasil pemahaman yang akan memperkaya diri pembaca, dan dapat membantu pembaca untuk membangun ilmunya.
5)      Hasil-hasil pemahaman yang dapat membantu pembaca untuk mahir membingkis gagasan pengarang.
b. Jenis-jenis Membaca
1) Membaca Nyaring
Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca.
2) Membaca Dalam Hati, terdiri dari:
a.       Membaca Ekstensif, di antaranya membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal.
b.      Membaca Intensif, terdiri dari:
         Membaca Telaah Isi, di antaranya membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide-ide.
         Membaca Telaah bahasa, di antaranya membaca bahasa dan membaca sastra.
3) Membaca Cepat
c. Tujuan Membaca
Tujuan membaca menurut Paul S. Anderson, yaitu:
1)      Memahami untuk memperoleh fakta atau perincian-perincian.
2)      Membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
3)      Membaca untuk mengetahui urusan atau organisasi cerita.
4)      Membaca untuk menyimpulkan.
5)      Membaca untuk mengelompokkan.
6)      Membaca untuk menilai.
7)      Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.
Tujuan utama kegiatan membaca adalah menikmati pembacaan itu dan menjadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan yang menyenangkan. Selayaknya membaca tidak mengandung pengertian tugas atau kewajiban. Membaca harus merupakan suka cita. Selain itu orang yang gemar membaca dapat disebut sebagai orang yang arif. Mengapa demikian, karena pertama, dengan membaca orang menjadi luas cakrawalanya. Kedua, dengan membaca buku pembaca di bawa ke dalam dunia pikiran dan renungan. Ketiga, dengan membaca orang menjadi mempesona dan terasa nikmat dalam tutur katanya.
2. Hakikat Membaca Kritis
a. Pengertian Membaca Kritis
Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.
Membaca kritis adalah membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu. Pembaca tidak hanya sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca kritis berarti harus membaca secara analisis dan dengan penilaian. Dalam membaca kritis pembca harus terbuka terhadap gagasan orang lain. Pembaca harus mengikuti pikiran penulis secara tepat, akurat, dan kritis. Akurat artinya dalam hubungan relevansi, membedakan yang relevan dan yang tidak relevan atau tidak benar. Kritis berarti menerima pikiran penulis dengan dasar yang baik, logis, benar, atau menurut realitas. Karena adalam membaca kritis membaca akan menganalisis, membandingkan, dan menilai.
Soedarsono mengatakan bahwa membaca kritis (critical reading) adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak sekadar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama- sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Kita membaca dengan nuansa dan arti. Membaca secara kritis berarti kita harus membaca secara analisis dan dengan penilaian. Membaca harus merupakan interaksi antara penulis dan pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk pengertian baru.
Selain itu, dikemukakan pula bahwa membaca kritis merupakan suatu strategi membaca yang bertujuan untuk mendalami isi bacaan berdasarkan penilaian yang rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pikiran penulis yang merupakan analisis yang dapat diandalkan. Dengan membaca kritis, pembaca dapat pula mencamkan lebih dalam apa yang dibacanya dan dia pun akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir secara kritis. Oleh karena itu, membaca kritis harus menjadi ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan sebaik-baiknya. Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam, upaya untuk menemukan bukan hanya mengenai keseluruahan kebenaran mengenai apa yang ditulis, tetapi juga (dan inilah yang lebih penting pada masa-masa selanjutnya) menemukan alas an-alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang dilakukannya. Apabila seorang pembaca menemukan bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi juga mengapa hal itu dikatakan maka dia sudah melakukan membaca kritis yang merujuk pada keterpahaman.
a.       Konsep Literasi Kritis
Istilah literasi kritis dengan berpikir kritis dan kesadaran kritis. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir logis dengan cara bertanya, menganalisis, membandingkan, mengontraskan, dan mengevaluasi. Kesadaran kritis adalah kemampuan mengenali kondisi yang menghasilkan ide-ide istimewa melebihi yang lain di dalam suatu budaya atau masyarakat tertentu. Literasi kritis adalah pembahasan tentang bagaimana kekuasaan digunakan dalam teks oleh individu atau kelompok untuk membikan hak istimewa suatu kelompok melwbihi kelompok yang lain.
Konsep literasi kritis diadopsi dari analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh Norman Fairclough. Analisis wacana kritis menyediakan teori dan metode yang dapat digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain sosial yang berbeda.
Menurut perspektif Fairclough, wacana dipandang sebagai bentuk praktik sosial yang menyusun dunia sosial dan disusun oleh praktik-praktik sosial yang lain. Fairclough mendefinisikan analisis wacana kritis sebagai poendekatan yang berusaha melakukan penyelidikan secara sistematis terhadap hubungn-hubungan kualitas dan penemuan yang sering samar antara praktik kewacanaan, peristiwa, dan teks dengan struktur-struktur kultural dan sosial yamg lebih luas, hubungan dan proses bagaimana praktik, peristiwa, dan teks muncul di luar dan secara ideologis dibentuk oleh hubungan kekuasaan dan perjuangan atas kekuasaan dan bagaimana kesamaran hubungan-hubungan antara wacana dan masyarakat itu sendiri merupakan faktor yang melanggengkan kekuasaan dan hegemoni.
Analisis wacana kritis itu bersifat “kritis.” Maksudnya adalah bahwa analisis itu bertujuan mengungkapkan peran praktik kewacanaan dalam upaya melestarikan dunia sosial, termasuk hubungan-hubungan sosial yang melibatkan hubungan kekuasaan yang tidak sepadan. Teori wacana kritis memiliki tiga ciri utama. Pertama, memahami pengalaman kehidupan orang-orang dalam konteks yang sebenarnya. Kedua, pendekatan kritis menyelidiki kondisi sosial untuk mengungkapkan struktur tersembunyi. Ketiga, melakukan usaha sadar untuk menyatukan antara teori dan tindakan. Dalam pandangan wacana kritis, setiap ujaran yang disampaikan oleh penulis, ilustrator, atau pelaku sosial yang lain, disadari atau tidak, merupakan wacana yang tidak hanya berasal dari ide-ide yang ada di benak pelaku-pelaku sosial itu, tetapi berasal dari praktik sosial yang berakr kuat dalam berorientasi pada struktur sosial materi yang riil.
Untuk itu, sikap kritis selalu diperlukan untuk mempertanyakan apa yang ada di balik kata-kata dan dari siapa kata-kata itu berasal. Bahasa sebagai praktik sosial menuntut kita untuk bersikap kritis, tidak begitu saja menerima pendapat, konsep, kumpulan ide-ide yang dianggap mapan. Asumsi utamanya adalah tidak ada kata-kata yang murni atau polos.
b.      Teknik Membaca Kritis
Menurut sudarso (1988:72) ada empat teknik yang dapat digunakan dalam membaca kritis.
1) Mengerti Isi Bacaan
Mengenali fakta dan menginterprestasikan apa-apa saja yang dibaca dengan kata lain mengerti ide pokok, mengetahui fakta penting dan dapat membuat kesimpulan serta menginterprestasikan ide-ide tersebut. Fakta berguna untuk menambah informasi sedangkan ide bermanfaat untuk menambah pemahaman. Mendapat informasi bertujuan sekedar mengetahui sesuatu itu fakta sebaliknya pemahaman bertujuan mengetahui segalanya tentang fakta.
2) Menguji Sumber Penulis
Apakah penulis dapat dipercaya?. Kita harus mencari tahu kebenarannya misalnya mengetahui di bidang apa penulis itu berkompeten, dalam hal ini termasuk uji pandangan, tujuan dan asumsi penulis yang terdapat dalam tulisannya untuk membedakan apakah tulisan itu fakta atau opini.
3) Interaksi Antara Penulis Dengan Pembaca
Pembaca tidak hanya mengetahu maksud penulis tetapi juga membandingkan dengan pengetahuan yang dimilikinya dari penulis-penulis lain. Pembaca juga perlu menilai dan membandingkan isi bacaan dengan pengetahuan yang ada padanya.
4) Terbuka Terhadap Gagasan Penulis
Pembaca hendaknya menghargai pendapat yang dikemukakan oleh penulis kemudian pembaca juga mengevaluasi teknik penulisannya. Akhirnya penulis mempertimbangkan dan mengujinya alasannya dengan alasan yang logis dan interprestasi yang berdasar.
c.       Kegiatan dalam membaca Kritis
Ada tiga kegiatan yang terdapat dalam membaca kritis
1)      Membaca Dengan Berpikir
Membaca hendaknya memikirkan persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang ditampilkan dalam bacaan. Pembaca memikirkan maksud dan tujuan penulis mengemukakan fakta-fakta tersebut. Tujuan pembaca dengan cara berpikir ini supaya pembaca dapat menentukan batasab-batasan dari persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang dikemukakan oleh pengarang
2)      Membaca Dengan Menganalisis
Analisis merupakan kunci membaca kritis. Dengan menganalisis pembaca dapat mengetahui apakah gagasan atau fakta-fakta yang dikemukakan pengarang sungguh di sokong oleh detail-detail yang diberikannya atau tidak. Pembaca selanjutnya dengan cara itu akan dapat memisah-misahkan mana detail-detail yang penting, mana detail yang cocok dan detail yang tidak cocok.
3)      Membaca Dengan Penilaian
Tugas pembaca kritis adalah menilai fakta atau pernyataan yang dapat menyokong gagasan pokok yang dikemukakan. Pembaca harus sanggup menentukan apakah fakta yang dibacanya ada hubungannya satu dengan yang lainnya atau mungkin pembaca nenemukan dua atau lebih fakta yang seharusnya dipandang sebagai fakta yang terpisah. Akhirnya pembaca menentukan penilaian terhadap fakta-fakta yang disajikan oleh penulis.
e. Karakteristik Membaca Kritis
1) Berpikir dan Bersikap Kritis
Membaca kritis pada dasarnya merupakan langkah lebih lanjut dari berpikir dan bersikap kritis. Adapun kemampuan berpikir dan bersikap kritis meliputi :
a.    Menginterpretasi secara kritis;
b.    Menganalisis secara kritis;
c.    Mengorganisasi secara kritis;
d.   Menilai secara kritis;
e.    Menerapkan konsep secara kritis.
Adegan teknik-teknik yang digunakan untuk meningkatkan setiap kritis adalah sebagai berikut:
(a) Kemampuan mengingat dan mengenali bahan bacaan,
(b) kemampuan menginterpretasi makna tersirat,
(c) kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan,
(d) Kemampuan menganalisis isi bacaan,
(e) kemampuan menilai isi bacaan,
(f) kemampuan meng-create bacaan atau mencipta bacaan.
Keenam sikap kritis tersebut sejalan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dan krathwhol (2001:268). Berikut ini adalah penjelasan masing-masing.
a) Kemampuan mengingat dan mengenali Kemampuan mengingat dan mengenali meliputi kemampuan:
1.      Mengenali ide pokok paragraf
2.      Mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya
3.      Menyatakan kembali ide pokok paragraf
4.      Menyatakan kembali fakta-fakta atau detil bacaan
5.      Menyatakan kembali fakta-fakta perbandingan, unsur-unsur hubungan sebab-akibat, karakter tokoh dan sebagainya.
b) Kemampuan memahami/menginterpretasi makna tersirat
Tidak semua gagasan yang terdapat dalam teks bacaan itu dinyatakan secara tersurat atau secara eksplisit pada baris kata-kata atau kalimat-kalimat. Sering kali pula, gagasan serta makna tersebut terkandung di balik baris kata-kata atau kalimat-kalimat tersebut, dan untuk menggalinya diperlukan sebuah interpretasi dari Anda sebagai pembacanya. Anda harus mampu menafsirkan ide-ide pokok dan ide-ide pokok dan ide-ide penunjang yang secara eksplisit tidak dinyatakan oleh penulisnya, serta harus mampu membedakan faktafakta yang disajikan secara kritis. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat adalah kemampuan:
1.      Menafsirkan ide pokok paragraf
2.      Menafsirkan gagasan utama bacaan
3.      Membedakan fakta detil bacaan
4.      Menafsirkan ide-ide penunjang
5.      Membedakan fakta atau detil bacaan memahami secara kritis
c) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep
Sebagai pembaca kritis Anda tidak boleh berhenti sampai pada aktifitas menggali makna tersirat melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis saja, tetapi Anda juga harus mampu menetapkan konsep-konsep yang terdapat dalam bacaan ke dalam situasi baru yang bersifat problematik.
Dalam hal ini, kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep, meliputi kemampuan:
1.      Mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan;
2.      Menerapkan konsep-konsep/gagasan utama ke dalam situasi baru yang problematik;
3.      Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
d) Kemampuan menganalisis
Kemampuan menganalisis ialah kemampuan pembaca melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk sebuah kesatuan. Sebagaimana Anda ketahui, kesatuan dalam bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, pernyataan-pernyataan, simpulsnsimpulsn, dan sebagainya. Pembaca kritis diharapkan melihat fakta-fakta, detil-detil penunjang, atau unsur pembentuk yang lain yang tidak disebutkan secara eksplisit.
Lebih lanjut, kemampuan itu dikembangkan menjadi kemampuan pembaca melihat kesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya. Sebagaimana Anda ketahui, sebuah teks bacaan, apa pun bentuknya, pada dasarnya di dalamnya membuat sebuah kesatuan gagasan yang bulat dan utuh. Hanya saja akibat cara dan gaya pengungkapan yang berbeda akan membuat gagasan atau suatu pesan tersebut terlihat samara-samar. Dalam kasus semacam itu, kewajiban pembaca adalah melakukan penyintesisan. Bentuk-bentuk penyintesisan tersebut, misalnya berupa simpulan atau ringkasan, ide pokok, gagasan utama bacaan, tema, atau kerangka bacaan. Secara terperinci kemampuan menganalisis sekaligus menyintesis, meliputi kemampuan berikut ini.
1.             Menangkap gagasan utama bacaan.
2.             Memberikan detil/fakta penunjang.
3.             Mengklasifikasikan fakta-fakta.
4.             Membandingkan antargagasan yang ada dalam bacaan.
5.             Membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
6.             Membuat simpulan bacaan
7.             Mengorganisasikan gagasan utama bacaan.
8.             Menentukan tema bacaan
9.             Menyusun kerangka bacaan.
10.         Menghubungkan data sehingga diperoleh simpulan
11.         Membuat ringkasan.
e) Kemampuan menilai isi bacaan
Kemampuan menilai isi dan penataan bacaan secara kritis dilakukan melalui aktifitasaktifitas mempertimbangkan, menilai, dan menentukan keputusan. Caranya, antara lain dengan mengajukan penilaian atas kebenaran gagasan atau pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh penulis lewat pertanyaan-pertanyaan, seperti apakah pernyataan tersebut benar? Apa maksud yang ingin dituju oleh penulis lewat tulisan yang dibuatnya tersebut? Kemampuan menilai bacaan ini menunjukkan bahwa seorang pembaca kritis tidak begitu saja mempercayai apa saja yang dibacanya sebelum dilakukan proses pengkajian terlebih dahulu. Secara terperinci, kemampuan yang menyangkut sikap kritis dalam menilai bacaan, terutama terhadap aspek isi dan penggunaan bahasa meliputi kemampuan berikut ini.
1.        Menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan.
2.        Menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini.
3.        Menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi penulis.
4.        Menentukan tujuan penulis dalam menulis
5.        Menentukan relevansi antara tujuan dan pengenbangan gagasan
6.        Menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan simpulan yang dibuat.
7.        Menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa atau penyusunan kalimatnya
f) Kemampuan meng-create isi bacaan atau kemampuan mencipta bacaan (menulis)
Kemampuan meng-create isi bacaan adalah kemampuan:
1.      Menyerap inti bacaan;
2.      Membuat rangkuman atau membuat kerangka bacaan yang disusun sebagai tanggapan terhadap bacaan atau membuat kerangka bacaan yang betul-betul baru berdasarkan pengetahuan dari bacaan;
3.      Mengembangkan/menulis berdasarkan kerangka bacaan yang telah disusun.
Selanjutnya, untuk dapat melakukan kegiatan membaca kritis, ada beberapa persyaratan pokok yang perlu dipenuhi, yakni:
1.      Pengetahuan tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bacaan;
2.      Sikap bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa;
3.      Penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah.
Jika Anda memiliki persyaratan pokok tersebut maka Anda akan dapat menarik manfaat yang sangat penting dalam membaca kritis, antara lain:
1.      Pemahaman yang mendalam dan keterlibatan yang padu sebagai hasil usaha menganalisis sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan bacaan;
2.      Kemampuan mengingat yang lebih kuat sebagai hasil usaha memahami berbagai hubungan yang ada di dalam bahan bacaan itu sendiri dan hubungan antara bahan bacaan itu dengan bacaan lain atau dengan pengalaman membaca Anda;
3.      Kepercayaan terhadap diri sendiri yang mantap untuk memberikan dukungan terhadap berbagai pendapat tentang isi bacaan.
Setelah Anda mencermati manfaat membaca kritis secara teoretis, marilah kita cermati 7 prosedur ikhwal membaca kritis.
1.      Berpikirlah secara kritis
2.      Lihatlah apa yang ada di balik kata-kata itu untuk mengetahui motivasi penulis
3.      Waspadalah kata-kata yang mempunyai sifat berlebihan yang tidak tentu batasannya, yang emosional, yang ekstrem atau yang merupakan generalisasi yang berlebihan
4.      Waspadailah perbandingan yang tidak memenuhi persyaratan
5.      Cermati logika penulis yang tidak logis
6.      Perhatikan pernyataan-pernyataan yang Anda baca
7.      Janganlah bingung
2) Meningkatkan Minat Baca
Pada dasarnya orang yang membaca dengan baik adalah orang yang biasanya berpikir baik. Untuk meningkatkan minat baca, Anda perlu melakukan langkah-langkah berikut ini.
a. Menyediakan waktu untuk membaca.
Alasan yang umum untuk tidak membaca adalah kekurangan waktu. Memang tidak dapat diingkari bahwa terdapat banyak tuntutan terhadap waktu anda, tetapi kalau anda sesungguhnya berminat pada kemajuan pribadi maka anda pun akan mengatur hari anda sehingga akan mempunyai waktu yang digunakan untuk membaca yang baik. Pada tahap awal, anda tidak perlu lebih dari lima belas menit atau tiga puluh menitdan yang penting adalah komitmen dan kesetiaan anda untuk membaca. Hal itu akan memudahkan anda membaca lebih banyak.
c.       Memilih bahan bacaan yang baik (ditinjau dari norma estetik, sastra dan moral)
Menyediakan waktu membaca sangat erat kaitannya dengan salah satu aspek yang paling penting dari membaca kritis, yaitu mengetahui apa yang baik dan bermanfaat untuk dibaca.
3) Langkah-langkah Membaca Kritis
a.       Mengingat dan mengenali isi bacaan
b.      Menginterpretasi makna tersiratmengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan
c.       Menganalisis isi bacaan
d.      menilai isi bacaan

Sumber:

Agustina, 2008, Pembelajaran Keterampilan Membaca, UNP.

               Henry Guntur, 1979, Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa, angkasa.

http://agnesidianti.blogspot.com/2013/12/makalah-membaca-kritis.html (diakses 09 Desember 2014)


http://zifajriah.wordpress.com/2013/02/07/membaca-kritis/(zifajriah) (diakses 09 Desember 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar