Ragam Bahasa
Baku
1.
Pengertian Bahasa Indonesia Baku,
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam
bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan
difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam
bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan
sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat
secara khusus.
1.
Fungsi Bahasa baku
Bahasa
Indonesia baku mempunyai empat fungsi, yaitu pertama, pemersatu; kedua,
penanda kepribadian; ketiga, penambah wibawa; dan keempat,
kerangka acuan.
Pertama, bahasa Indonesia baku berfungsi pemersatu. Bahasa Indonesia baku
mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa
Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia
baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di
Indonesia dengan mangatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku
merupakan wahana atau alat dan pengungkap kebudayaan nasional yang utama.
Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha memberlakukannya sebagai salah
satu syarat atau ciri manusia Indonesia modern.
Kedua, bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian. Bahasa
Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa
lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional
masyarakat bahasa Indonesia baku. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan
identitas kita. Bahasa Indonesia baku berbeda dengan bahasa Malaysia atau
bahasa Melayu di Singapura dan Brunai Darussalam. Bahasa Indonesia baku dianggap
sudah berbeda dengan bahasa Melayu Riau yang menjadi induknya.
Ketiga, bahasa Indonesia baku
berfungsi penambah wibawa. Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta
wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai
kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku.
Di samping itu, pemakai bahasa yang mahir berbahasa Indonesia baku “dengan baik
dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain. Fungsi yang meyangkut
kewibawaan itu juga terlaksana jika bahasa Indonesia baku dapat dipautkan
dengan hasil teknologi baru dan unsur kebudayaan baru. Warga masyarakat secara
psikologis akan mengidentifikasikan bahasa Indonesia baku dengan masyarakat dan
kebudayaan modern dan maju sebagai pengganti pranata, lembaga, bangunan indah,
jalan raya yang besar.
Keempat,
bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan.
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan
adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah
bahasa Indonesia baku itu menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia baku
secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia baku dapat
dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi acuan umum bagi
segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang
khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra, bahasa iklan, bahasa
media massa, surat-menyurat resmi, bentuk surat keputusan, undangan,
pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato.
2.
Macam-macam Ragam
Bahasa
Yaitu bisa dibagi 3 berdasarkan
media,cara pandang penutur, dan topik pembicaraan.
a. Ragam bahasa berdasarkan media
1) Ragam bahasa Media
(Lisan)
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak mengurangi
ciri kebakuannya. Walaupun demikian ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk
kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-unsur didalam struktur kalimat tidak
menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicara menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan
secara lisan.
Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya
dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam
bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa tulis,
tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat
dari ciri-cirinya tidak menunjukan cir-ciri ragam tulis, walaupun
direalisasikan dengan tulisan, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan
sebagai ragam tulis.
Ciri-ciri ragam lisan:
·
Memerlukan orang kedua/teman bicara.
·
Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
·
Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh.
·
Berlangsung cepat
Contohnya; “Sudah saya baca buku itu”
2) Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna
kalimat yang diungkapkan nya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalomat. Oleh karrena itu, penggunaan
ragam baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata,
penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk katadan struktur kalimat, serta
kelengkapaan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis:
1.
Tidak memerlukan orang
kedua/teman bicara;
2.
Tidak
tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3.
Harus memperhatikan
unsur gramatikal;
4.
Berlangsung
lambat;
5.
Selalu
memakai alat bantu;
6.
Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7.
Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik
muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Contohnya: “Saya sudah membaca
buku itu”.
Perbedaan antara Ragam Lisan dan Tulisan (Berdasarkan
Tata Bahasa dan Kosa Kata ) :
a)
Tata Bahasa :
Ragam Bahasa lisan
|
Ragam bahasa tulisan
|
Nia sedang baca surat kabar
|
Nia sedang membaca surat kabar
|
Ari mau nulis surat.
|
Ari mau menulis surat
|
Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
|
Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
|
b)
Kosa kata :
Ragam bahasa lisan
|
Ragam bahasa tulisan
|
Ariani bilang kalau
kita harus belajar.
|
Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
|
Kita harus bikin
karya tulis.
|
Kita harus membuat karya tulis.
|
Rasanya masih terlalu
pagi buat saya, Pak
|
Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.
|
4.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia
Baku
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia nonbaku telah dibuat oleh
para pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain
Harimurti Kridalaksana, Anton M. Moeliono, dan Suwito.
Ciri-ciri bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia nonbaku itu dibeberkan di bawah
ini setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh
para pakar tersebut.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut:
(1) Pelafalan
sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif
bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya, kata /
keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / ketrampilan
(2) Bentuk
kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap
di dalam kata.
Misalnya:
Banjir menyerang kampung
yang banyak penduduknya itu.
Kuliah sudah berjalan dengan
baik.
(3) Konjungsi
sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap
di dalam kalimat.
Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia
tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.
(4) Partikel -kah,
-lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah buku itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara kita memperbaiki
kesalahan diri?
Bagaimanapun kita harus menerima
perubahan ini dengan lapang dada.
(5) Preposisi
atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan secara
jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya
kemarin.
Ia benci sekali kepada
orang itu.
(6) Bentuk
kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam
kalimat. Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat. Semua
negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi. Suatu titik-titik
pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
(7) Kata ganti
atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:
Saya – anda bisa bekerja sama di dalam
pekerjaan ini.
Aku – engkau sama-sama berkepentingan
tentang problem itu.
Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian
yang sama.
(8) Pola
kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Surat Anda sudah saya
baca.
Kiriman buku sudah dia
terima.
(9) Konstruksi
atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis
atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Saudaranya
Dikomentari
Mengotori
harganya
(10)Fungsi gramatikal
(subyek, predikat, obyek sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis
atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:
Kepala Kantor pergi keluar
negeri.
Rumah orang itu bagus.
(11)Struktur kalimat baik
tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai
bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya:
Mereka sedang mengikuti
perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data dilakukannya, dia
mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
(12)Kosakata sebagai
bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan
tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi,
bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak
begini, begitu, silakan.
(13)Ejaan resmi sebagai
bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata,
kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
(14)Peristilahan baku
sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman
Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).
Sumber:
Alwasiah, A, Ch, 1985, Beberapa
Madhjab dan Dikotomi Teori Linguistik, Angkasa, Bandung.
Badudu, J.S, 1985, Cakrawala Bahasa Indonesia I, Gramedia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar