Sabtu, 19 Desember 2015

MA’RIFATULLAH

9. MA’RIFATULLAH

TUJUAN
Peserta memahami makna dan maksud dari ma’rifatullah
Peserta mengetahui manfaat dan pentingnya ma’rifatullah
Peserta mengetahui jalan-jalan untuk mengenal Allah
Peserta mengetahui hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah
RINCIAN BAHASAN
Makna Ma’rifatullah
·   Ma’rifatullah berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah artinya mengetahui,
mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat
tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya).
Pentingnya Mengenal Allah
·   Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya, tujuan mengapa
ia diciptakan (QS.52:56) dan tidak tertipu oleh dunia. Sebaliknya orang yang tidak
mengenal Allah akan menjalani hidupnya untuk dunia saja (QS.47:12).
·   Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus dipahami manusia
(QS.6:122).  Hakikat  ilmu  adalah  memberikan  keyakinan  kepada  yang
mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi, sebab jika dipahami akan
memberikan   keyakinan   mendalam.   Memahami   ma’rifatullah   juga   akan
mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang
terang (QS.6:122).
·   Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting, karena :
a. Berhubungan dengan subjeknya, yaitu Allah
b. Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan
dan ketakwaan,    yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan
kemenangan.
Islam Untuk Mengenal Allah
1.   Lewat Akal
  Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini :
Fenomena terjadinya alam. Setiap sesuatu yang ada pasti ada yang
mengadakan, begitu pula alam semesta ini, tentu ada yang menciptakan
(QS.52:35).
Fenomena kehendak yang tinggi. Bila kita perhatikan alam ini, kita akan
menemukan bahwa alam ini tersusun dengan rapinya. Hal ini menunjukan
bahwa di sana pasti ada kehendak yang agung yang bersumber dari Sang
Pencipta Yang Maha Pintar dan Bijaksana (QS.67:3). Sesungguhnya pada
penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam terdapat ayat-ayat
Allah bagi orang-orang yang berakal (QS.3:190).































Fenomena kehidupan (QS.24:45). Kehidupan berbagai makhluk di atas bumi ini
menunjukkan bahwa ada zat yang menciptakan, membentuk, menentukan
rizkinya dan meniup ruh kehidupan pada dirinya (QS.29:20, 21:30).
Bagaimanapun pintarnya manusia, tak akan sanggup menciptakan seekor lalat
pun (QS.22:73-74, 46:4).
Fenomena petunjuk dan ilham (QS.20:50). Ketika mempelajari alam semesta
ini kita akan melihat suatu petunjuk yang sempurna, dari yang sekecil-kecilnya
sampai yang sebesar-besarnya. Dari sebuah akar tumbuhan yang mencari air
ke dasar bumi, hingga perjalanan tata surya ini menunjukkan bahwa ada zat
yang memberi hidayah (petunjuk) dan Al-Qur’an menerangkan bahwa ia adalah
Allah Yang Menciptakan lalu memberi hidayah.
Fenomena pengabulan do’a (QS.6:63). Hal yang logis bila seseorang ketika
menghadapi bahaya pasti menghadap Allah dan berdo’a, walaupun ia orang
yang kafir / musyrik (QS.17:67, 10:22-23, 6:63-64).

Ayat Qur’aniyah / ayat Allah di dalam Al-Qur’an :
Keindahan Al-Qur’an (QS.2:23)
Pemberitahuan tentang umat yang lampau (QS.9:70)
Pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (QS.30:1-3, 8:7, 24:55)







·  Lalai (QS.21:1-3)
·  Banyak berbuat maksiat. Satu perbuatan maksiat bagaikan satu titik noda hitam
yang mengotori hati manusia. Bila manusia banyak berbuat maksiat sedangkan ia
tidak bertaubat, niscaya hati tersebut akan tertutup noda-noda hitam hingga
menghalangi masuknya hidayah Allah.
·  Ragu-ragu (QS.6:109-10)
Semua sifat di atas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus
dibersihkan dari hati. Sebab, kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati,
menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka (QS.2:6-7).
DISKUSI
Perhatikanlah susunan tubuhmu. Jelaskanlah kekuasaan Allah yang kamu temui pada
tubuhmu!
REFERENSI
Said Hawa, Allah Jalla Jalaluhu
Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim 1


2.  Lewat memahami Asma’ul Husna
Allah sebagai Al-Khaliq (QS.40:62)
Allah sebagai Pemberi Rizqi (QS.35:3, 11:6)
Allah sebagai Pemilik (QS.2:284)
Dan lain-lain (QS.59:22-24)
Hal-hal yang menghalangi Ma’rifatullah
·  Kesombongan (QS.7:146, 25:21). Sebagaimana lazimnya orang yang sombong
yang tidak mau mengenal sesamanya, begitu pula manusia yang sombong
terhadap Rabbnya, yang enggan berhubungan dengan-Nya.
·  Zalim (QS.4:153). Perbuatan zalim yang besar, menyebabkan Allah mengunci hati
manusia. Padahal lewat hati inilah Allah memberikan hidayah-Nya. Sedangkan awal
hidayah seseorang ialah mengenal hakikat-Nya lagi.
·  Bersandar pada panca indera (QS.2:55). Mereka tidak beriman kepada Allah
dengan dalih tidak bisa melihat Allah, padahal banyak sesuatu yang tidak bisa
mereka lihat, tapi mereka yakin keberadaannya, seperti gaya gravitasi bumi, arus
listrik, akalpikiran, dsb.
·  Dusta (QS.7:176). Lazimnya seorang yang dusta, yang tidak sama antara hati dan
ucapannya,perbuatannya. Begitu pula manusia yang berdusta terhadap Allah.
Sebenarnya hati mengakui keberadaan Allah, namun hawa nafsunya menolak dan
mengajaknya berdusta.
·  Membatalkan janji dengan Allah (QS.2:26-27)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar