9. MA’RIFATULLAH
TUJUAN
Peserta memahami makna dan maksud
dari ma’rifatullah
Peserta mengetahui manfaat dan
pentingnya ma’rifatullah
Peserta mengetahui jalan-jalan
untuk mengenal Allah
Peserta mengetahui hal-hal yang
menghalangi ma’rifatullah
RINCIAN
BAHASAN
Makna
Ma’rifatullah
·
Ma’rifatullah berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah
artinya mengetahui,
mengenal. Mengenal Allah bukan
melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat
tanda-tanda kebesaran-Nya
(ayat-ayat-Nya).
Pentingnya
Mengenal Allah
·
Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya, tujuan
mengapa
ia diciptakan (QS.52:56) dan tidak
tertipu oleh dunia. Sebaliknya orang yang tidak
mengenal Allah akan menjalani
hidupnya untuk dunia saja (QS.47:12).
·
Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus dipahami manusia
(QS.6:122). Hakikat
ilmu adalah memberikan
keyakinan kepada yang
mendalaminya. Ma’rifatullah adalah
ilmu yang tertinggi, sebab jika dipahami akan
memberikan keyakinan
mendalam. Memahami ma’rifatullah juga
akan
mengeluarkan manusia dari kegelapan
kebodohan kepada cahaya hidayah yang
terang (QS.6:122).
·
Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting, karena :
a. Berhubungan dengan subjeknya,
yaitu Allah
b. Berhubungan dengan manfaat yang
diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan
dan ketakwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan
dan
kemenangan.
Islam Untuk
Mengenal Allah
1. Lewat Akal
♦
Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini :
Fenomena terjadinya alam. Setiap sesuatu yang ada pasti ada
yang
mengadakan, begitu pula alam
semesta ini, tentu ada yang menciptakan
(QS.52:35).
Fenomena kehendak yang tinggi. Bila kita perhatikan alam ini,
kita akan
menemukan bahwa alam ini tersusun
dengan rapinya. Hal ini menunjukan
bahwa di sana pasti ada kehendak
yang agung yang bersumber dari Sang
Pencipta Yang Maha Pintar dan
Bijaksana (QS.67:3). Sesungguhnya pada
penciptaan langit dan bumi,
pergantian siang dan malam terdapat ayat-ayat
Allah bagi orang-orang yang berakal
(QS.3:190).
♦
Fenomena kehidupan (QS.24:45). Kehidupan berbagai
makhluk di atas bumi ini
menunjukkan bahwa ada zat yang
menciptakan, membentuk, menentukan
rizkinya dan meniup ruh kehidupan
pada dirinya (QS.29:20, 21:30).
Bagaimanapun pintarnya manusia, tak
akan sanggup menciptakan seekor lalat
pun (QS.22:73-74, 46:4).
Fenomena petunjuk dan ilham
(QS.20:50). Ketika mempelajari alam semesta
ini kita akan melihat suatu
petunjuk yang sempurna, dari yang sekecil-kecilnya
sampai yang sebesar-besarnya. Dari
sebuah akar tumbuhan yang mencari air
ke dasar bumi, hingga perjalanan
tata surya ini menunjukkan bahwa ada zat
yang memberi hidayah (petunjuk) dan
Al-Qur’an menerangkan bahwa ia adalah
Allah Yang Menciptakan lalu memberi
hidayah.
Fenomena pengabulan do’a (QS.6:63).
Hal yang logis bila seseorang ketika
menghadapi bahaya pasti menghadap
Allah dan berdo’a, walaupun ia orang
yang kafir / musyrik (QS.17:67,
10:22-23, 6:63-64).
Ayat
Qur’aniyah / ayat Allah di dalam Al-Qur’an :
Keindahan Al-Qur’an (QS.2:23)
Pemberitahuan tentang umat yang
lampau (QS.9:70)
Pemberitahuan tentang kejadian yang
akan datang (QS.30:1-3, 8:7, 24:55)
·
Lalai (QS.21:1-3)
·
Banyak berbuat maksiat. Satu perbuatan maksiat bagaikan satu titik noda hitam
yang mengotori hati manusia. Bila
manusia banyak berbuat maksiat sedangkan ia
tidak bertaubat, niscaya hati
tersebut akan tertutup noda-noda hitam hingga
menghalangi masuknya hidayah Allah.
·
Ragu-ragu (QS.6:109-10)
Semua sifat di atas merupakan
bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus
dibersihkan
dari hati. Sebab, kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati,
menutup mata
dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka (QS.2:6-7).
DISKUSI
Perhatikanlah
susunan tubuhmu. Jelaskanlah kekuasaan Allah yang kamu temui pada
tubuhmu!
REFERENSI
Said Hawa,
Allah Jalla Jalaluhu
Al-Ummah,
Aqidah Seorang Muslim 1
2.
Lewat memahami Asma’ul Husna
Allah sebagai Al-Khaliq (QS.40:62)
Allah sebagai Pemberi Rizqi
(QS.35:3, 11:6)
Allah sebagai Pemilik (QS.2:284)
Dan lain-lain (QS.59:22-24)
Hal-hal yang menghalangi
Ma’rifatullah
· Kesombongan (QS.7:146, 25:21). Sebagaimana
lazimnya orang yang sombong
yang tidak mau mengenal sesamanya,
begitu pula manusia yang sombong
terhadap Rabbnya, yang enggan
berhubungan dengan-Nya.
· Zalim (QS.4:153). Perbuatan zalim yang
besar, menyebabkan Allah mengunci hati
manusia. Padahal lewat hati inilah
Allah memberikan hidayah-Nya. Sedangkan awal
hidayah seseorang ialah mengenal
hakikat-Nya lagi.
· Bersandar pada
panca indera (QS.2:55).
Mereka tidak beriman kepada Allah
dengan dalih tidak bisa melihat
Allah, padahal banyak sesuatu yang tidak bisa
mereka lihat, tapi mereka yakin
keberadaannya, seperti gaya gravitasi bumi, arus
listrik, akalpikiran, dsb.
· Dusta (QS.7:176). Lazimnya seorang yang
dusta, yang tidak sama antara hati dan
ucapannya,perbuatannya. Begitu pula
manusia yang berdusta terhadap Allah.
Sebenarnya hati mengakui keberadaan
Allah, namun hawa nafsunya menolak dan
mengajaknya berdusta.
· Membatalkan janji
dengan Allah (QS.2:26-27)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar