Sabtu, 19 Desember 2015

KEBUDAYAAN

1. Pengertian Budaya
“Kebudayaan” atau Budaya berasal dari bahasa Sansekerta Yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Lati Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan jug sebagai mengolah tanah atau bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. masyarakat dan budayadalam hal ini sebagai keseluruhan sistem gagasan atau tindakan dari hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia melalui proses belajar. Oleh karena itu hampir seluruh tindakan manusia adalah kebuidayaan karena hanya sedikit tindakan manusia yang berasal dari naluri tanpa melalui proses belajar. Kebudayaan sering diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal dan kebudayaan juga sering diartikan sebagai semua hasil karya rasa dan cipta. Masyarakat karya menghasikan kebudayaan benda yang menjadikan norma dan nilai social untuk mengatur kehidulpan masyarakat. Adapun cipta merupakan kemampuan mental dan kemampuan berfikir manusia yang menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan rasa dan cipta disebut juga kebudayaan spiritual.
Unsur-unsur kebudayaan yaitu:
1. Sistem Religi/ Kepercayaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
4. Bahasa dan kesenian
5. Mata pencaharian hidup
6. Peralatan dan teknologi

 2. Hakikat Kebudayaan
Kebudayaan biasanya dikaitkan dengan berbagai macam kesenian, seperti seni rupa, seni tari, seni musik, sastra dan drama. Dalam bahasan antropologi, istilah kebudayaan bemakna “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar” (Koentjaraningrat, 1990).
Unsur pertama kebudayaan adalah berupa ide, gagasan, peraturan, norma dan nilai yang bersifat abstrak atau mujarad karena mereka berada di dalam alam pikiran warga masyarakat. Unsur kedua kebudayaan terdiri atas serangkaian kegiatan manusia dalam tindakannya dengan manusia lain. Sedangkan unsur ketiga kebudayaan yaitu memiliki wujud yang lebih nyata dan kasat mata yaitu meliputi semua hasil kegiatan manusia, atau benda hasil karya manusia dan disebut kebudayaan fisik. Diantara ketiga unsur kebudayaan tersebut, hasil kebudayaan fisiklah yang paling mudah diamati dan diteliti.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi system idea tau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia,sehingga kebudayaan itu bersifat abstrak. Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya yang berupa perilaku maupun benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola perilaku, bahasa, organisasi sosial, kesenian dan lain sebagainya yang berfungsi untuk menunjang kehidupan bermasyrakatnya. Kebudayaan dari barat saat ini sudah mendominasi segala aspek kehidupan pada masyarakat Indonesia. Peradaban yang disebarkan oleh barat telah mengacu terhadap segala hal dan hal itu telah menguasai dunia tak terkecuali bangsa Indonesia, peradaban bangsa kita saat ini secara perlahan mulai mengikuti kebudayaan bangsa barat.
3. Teori Kebudayaan
Teori tentang perubahan budaya, pengaruh budaya, atau fenomena budaya lainnya. dengan harapan dapat digunakan sebagai alat untuk memperspektif suatu fenomena budaya atau fenomena sosial yang muncul baik dalam dimensi masa kini, masa lampau atau pun di masa mendatang. Adapun beberapa teori tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Budaya yang lebih tinggi dan aktif akan mempengaruhi budaya yang lebih rendah dan pasif melalui kontak budaya (Malinowski, 1983:21-23). Teori Malinowski ini sangat nampak dalam pergeseran nilai-nilai budaya kita yang condong ke Barat. Dalam era globalisasi informasi menjadi kekuatan yang sangat dahsyat dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Budaya barat saat ini diidentikkan dengan modernitas (modernisasi), dan budaya timur diidentikkan dengan tradisional atau konvensional. Orang tidak saja mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi Barat sebagai bagian dari kebudayaan tetapi juga meniru semua gaya orang Barat, sampai-sampai yang di Barat dianggap sebagai budaya yang tidak baik tetapi setelah sampai di Timur diadopsi secara membabi buta. Seorang yang sudah lama menetap di Australia kemudian mudik ke Indonesia, ia tercengang melihat betapa cepatnya perubahan budaya di Indonesia. Ia saat itu bahkan merasa berada di Amerika. Ada beberapa saluran TV yang menayangkan banyak film Amerika yang penuh dengan adegan kekerasan dan seks. Selama beberapa minggu ia berada di tanah air, ia tidak melihat kesenian tradisional yang ditayangkan di TV swasta seperti yang pernah dilihatnya dahulu di TVRI. Ia kemudian sadar bahwa reog, angklung, calung, wayang golek, gamelan, dan tarian tradisional tidak hanya nyaris tidak ditayangkan di TV, tetapi juga jarang sekali dipertontonkan langsung di tengah-tengah masyarakatnya. Sementara itu, ia justru menemukan Mc. Donald’s, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, dan Dunkin Donuts di sini. Beberapa toserba dan pasar swalayan juga mirip seperti yang ia temukan di luar negeri dengan penataan yang serupa. Kedua tempat berbelanja tersebut bahkan lebih banyak menggunakan petunjuk-petunjuk berbahasa Inggeris, meskipun mayoritas pengunjungnya adalah orang Melayu. Ia melihat banyak pemuda bergaya masa kini, dengan rambut panjang di buntut kuda, sebelah telinganya beranting, bercelana Levi’s duduk-duduk santai di Mall, seraya meneguk minuman dingin ‘Soft Drink’. Demikian pula pemuda-pemudinya banyak sekali yang hanya menggunakan kaos sepotong yang ketat dan tidak sempat menutup pussarnya, dengan celana panjang yang ketat pula, sedangkan rambutnya disisir dengan gaya semrawut. Di kota-kota besar sudah tumbuh pub-pub, night-club, diskotik dan karaoke yang sangat laris. Restoran-restoran yang menyediakan makanan ala China, dan Eropa. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia yang halus dan yang tinggi nilai budayanya telah terkontaminasi oleh kebudayaan Barat yang sekuler seperti itu.
2.      Teori Budaya Fungsional. Ahli antropologi aliran fungsional menyatakan, bahwa budaya adalah keseluruhan alat dan adat yang sudah merupakan suatu cara hidup yang telah digunakan secara luas, sehingga manusia berada di dalam keadaan yang lebih baik untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam penyesuaiannya dengan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya (Malinowski, 1983: 65) atau “Budaya difungsikan secara luas oleh manusia sebagai sarana untuk mengatasi: masalah-masalah yang dihadapi sebagai upaya penyesuaiannya dengan alam dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya”. Contoh budaya fungsional ini banyak sekali dalam masyarakat kita dan bisa kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya pada musim kemarau di mana seorang petani sulit menanam, peceklik, akhirnya ia menjadi nelayan, dan setelah musim penghujan tiba ia kembali menjadi petani lagi.
3.    Agen Eropa merupakan pendorong utama terjadinya proses perubahan budaya (Malinowski, 1983:24). Sejak zaman pemerintahan kolonisasi Belanda membuka perkebunan dan pabrik-pabrik sampai dengan abad ke-21 di mana pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan membuka kran dan kemudahan bagi para investor asing, sedikit banyaknya akan membawa perubahan dalam sistem perekonomian kita. Perusahaan asing yang dikelola dengan modal besar menggunakan tenaga murah dari penduduk pribumi. Dalam sistem ekonomi kapitalis tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi dan tujuan perusahaan asing di Indonesia jelas bukan untuk melaksanakan demokrasi ekonomi seperti yang tertera dalam UUD 1945 Pasal 33. Salah satu sisi perusahaan asing berbondong-bondong menanamkan investasinya di bumi Indonesia adalah karena (1) Indonesia memiliki sumber alam ‘Natural Resource’ yang berlimpah ruah; (2) Perusahaan asing dapat mendapatkan tenaga kerja murah dengan demikian perusahaan asing yang menanamkan modal di sini memiliki keunggulan daya saing berimbang atau komparatif ‘Comparative Advantage’ sehingga dapat menjual hasil produksinya di bawah harga dengan kualitas produksi yang sama. Kondisi ini tentu secara perlahan tetapi pasti diikuti oleh para pelaku ekonomi bangsa kita. Dengan demikian secara berangsur-angssur sistem ekonomi kapitalis akan semakin tertanam dalam jiwa para pelaku ekonomi di bumi persada kita. Sebagai bukti adalah pertama, sulitnya para konglomerat mendengar himbauan Presiden untuk menyisihkan keuntungannya sebagai upaya pengentasan kemiskinan ; kedua, sulitnya Menteri Sosial untuk mendapatkan bantuan dalam HKSN.

4.    Proses perubahan budaya dapat terjadi karena difusi, yakni unsur budaya yang satu bercampur dengan unsur budaya lainnya sehingga menjadi kompleks, di mana unsur komponennya menjadi tidak dekat lagi dengan unsur budaya aslinya. Kajian di Melanesia dan Afrika Barat pengaruh aliran budaya dari Asia Tenggara. Budaya Mesir purba yang masih tertinggal di India, Cina, Kepulauan Pasifik hingga sampai ke Dunia Baru Malinowski tidak sepakat dengan teori tersebut, melalui kajian empiris dia menyatakan difusi merupakan proses yang diarahkan oleh budaya yang lebih kuat / pemberi budaya dan mendapat tantangan hebat dari budaya yang lemah / penerima budaya (Malinowski, 1983: 27). Hasil penelitian di daerah transmigrasi Rajabasa Lama, Way Jepara Lampung Tengah 1995-1997 menunjukkan terjadinya difusi di bidang cara pengolahan lahan pertanian. Hal ini terjadi di mana penduduk suku Lampung yang tadinya terbiasa mengolah lahan secara tertutup (masih menyisakan bagian hutan di lahan pertanian), kini mereka mulai mengolah lahan secara terbuka (membabat habis sisa hutan yang tadinya sebagai cadangan kayu dan sebagainya). Transmigrasi asal suku Jawa yang tadinya mencangkul dalam-dalam tanahnya sebelum ditanami, kini mereka hanya mengoret (mencangkul tipis-tipis lahannya untuk sekedar menghilangkan rumputnya) seperti yang biasa dilakukan oleh orang Lampung, karena ternyata dengan mengoret humusnya tidak cepat habis. Para transmigran juga membuat gerobak, seperti halnya gerobaknya orang Lampung yang berukuran kecil dan ramping, sehingga cukup ditarik oleh sapi seekor dan mudah menerobos di jalan-jalan setapak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar